Tekad Pustakawan Lolitasari Ingin Perpusnya Membaca Dunia dan Dibaca Dunia

Lolitasari menyadari cepatnya perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan sendiri bagi pertumbuhan minat baca mahasiswa di Indonesia.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 05 Jul 2024, 07:32 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2024, 18:20 WIB
Pustakawan Berprestasi
Lolitasari menyadari cepatnya perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan sendiri bagi pertumbuhan minat baca mahasiswa di Indonesia. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Membaca dunia dibaca dunia menjadi slogan yang terus digaungkan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Dari landasan slogan itu, perpustakaan bukan hanya menjadi gudang tumpukan buku, lebih dari itu menjadi tempat ilmu pengetahuan bertumbuh seiring dengan perkembangan zaman.

Dilihat dari data statistik internal kampus, minat baca mahasiswa sangat baik dan terus berkembang. Hal itu diutarakan Pustakawan UIN Jakarta Lolitasari, yang didapuk menjadi salah satu dari 15 finalis Pustakawan Berprestasi Nasional 2024.

Lolitasari tidak setuju jika ada yang mengatakan minat baca mahasiswa di Indonesia rendah. Mengingat sekarang sudah era digital sehingga sepinya pengunjung perpustakaan tidak bisa menjadi tolok ukur rendahnya minat baca mahasiswa.

"Kurangnya kunjungan mahasiswa ke perpustakaan bukan berarti mereka tidak mau baca, sekarang era sudah mulai digital, mahasiswa bisa memanfaatkan perpustakaan secara online," kata Lolitasari,  yang juga doktor Ilmu Perpustakaan UIN Jakarta.

Dirinya menyadari, cepatnya perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan sendiri bagi pertumbuhan minat baca mahasiswa di Indonesia, apalagi saat ini mulai banyak bermunculan produk kecerdasan buatan (AI). Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, pesatnya perkembangan teknologi justru bisa menjadi batu sandungan bagi kehidupan literasi di Indonesia.

"Tapi kita jangan lihat dari sisi negatifnya saja, banyak sisi positif dari penerapan AI, misal mereka bisa membuat inovasi menelusuri informasi yang disediakan perpustakaan," katanya.

Sebagai pustakawan di kampus, Lolitasari ingin menciptakan banyak inoevasi dan kreasi agar bisa memberikan akses yang luas kepada masyarakat, khususnya mahasiswa, untuk bisa menjelajahi berbagai koleksi bacaan yang dimilikinya, mulai dari buku fisik, ebook, journal asing, hingga manuskrip-manuskrip yang sebelumnya terkubur di perpustakaan dapat dimunculkan kembali, dialihmediakan sehingga bisa diakses banyak orang.

Melalui slogan membaca dunia dan dibaca dunia, Lolitasari ingin mahasiswa dapat menciptakan suatu karya yang dibaca dunia. Untuk bisa dibaca dunia, maka perpustakaan wajib menyediakan koleksi-koleksi yang akan digunakan pemustakannya. Di sinilah ‘tempat bermain’ para pustakawan dengan menghadirkan beragam inovasi untuk membudahkan akses.

"Saya merasa sangat bangga dapat menerapkan itu semua. Saya bisa menyediakan informasi-informasi berupa koleksi, bukan hanya koleksi online tapi juga yang tercetak, yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Masyarakat di sini maksudnya bukan hanya mahasiswa UIN Jakarta, tapi juga masyarakat luas, karena mereka bisa mengaksesnya secara gratis," kata Lolitasari.

Dari inovasi itu, Perpustakaan UIN Jakarta kini menjelma menjadi perpustakaan riset, yang menyediakan berbagai sarana dan prasarana penunjang. Pemustakan disediakan sarana penelusuran koleksi melalui katalog online, atau Online Public Access Catalog (OPAC).

 

 

 

 

 

 

 

Koleksi Bernapas Keislaman

Untuk memenuhi kebutuhan para peneliti dalam mengakses sumber informasi, perpustakaan UIN Jakarta melanggan e-resources berupa pangkalan data online, yang mencakup jurnal-jurnal internasional dari JSTOR, Taylor & Francis, Oxford University Prss, Oxford Islamic Studies Online, Sage, Cambridge University Press, dan Arab World Research Source yang dilanggan melalui pusat perpustakaan.

Sebagai kampus Islam, perpustakaan UIN Jakarta memang berkonsentrasi dalam pengembangan koleksi yang bernapas ke-Islaman secara umum, belum mengembangkan koleksi kajian khusus seperti hukum dan Pendidikan misalnya. Meski demikian referensi koleksi keislaman yang ada tetap bisa terintegrasikan dengan ilmu lainnya.

"Jadi memang kkita fokus tidak hanya civitas akademika UIN Jakarta saja saja yang memanfaatkan, dari luar juga bisa. Misal Universitas Muhammadiyah Jakarta ingin mencari referensi, nah kami sediakan," katanya.

Lolitasari memastikan layanan perpustakaan dengan segala kemudahan mencari referensi yang diinginkan itu bisa didapat dengan mudah cepat. Asalkan mereka datang meminta izin terlebih dahulu, kemudian menyebutkan identitaskan, tujuannya apa, dan pihaknya siap melayani.

"Tapi sebelumnya mereka harus menelusur terlebih dahulu, kita menyediakan OPAC, alat telusur, koleksi apa saja yang ada di UIN Jakarta, ada juga repostitory terakses. Jadi kalo dia memang membutuhkan karya yang telah kita sediakan, itu bisa didapat gratis. Kalau misalnya itu memang tersedia online," katanya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya