Pakar Hukum Henry Indraguna: Berunjukrasalah Dengan Cara Elegan

Unjukrasa yang digelar BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) dan diwarnai kericuhan justru memancing sikap antipati dari masyarakat.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 28 Jul 2024, 13:34 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2024, 13:34 WIB
Henry Indraguna
Pakar hukum Prof Dr Henry Indraguna. Foto: liputan6.com/dok.pribadi

Liputan6.com, Semarang - Pakar hukum dan politisi Golkar Prof Dr Henry Indraguna menilai aksi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang berujung ricuh mencerminkan pemaksaan kehendak.

Menurutnya, kekerasan saat berunjukrasa tidak boleh lagi dipertunjukkan ke hadapan publik. Sebab, model aksi dengan kekerasan tidak menarik simpati maupun empati masyarakat.

"Kericuhan itu membuat masyarakat apatis terhadap aksi mereka. Bahkan, masyarakat malah balik mencemoohnya," kata Prof Henry. 

Menurutnya, kritik tersebut tanpa pertimbangan objektif dan dekonstruktif. Para pengunjukrasa dianggap menilai kinerja Presiden Jokowi dengan sepotong-sepotong.

"Harusnya satu kesatuan komprehensif. Dengan begitu akan melahirkan penilaian kritis, objektif, konstruktif, dan solutif," kata Prof Henry.

Ditambahkan, kinerja Presiden Jokowi sejatinya diakui internasional. Pengakuan itu dibuktikan dengan raihan beberapa penghargaan.

"Jokowi memimpin Indonesia dan memberikan dampak kepada Indonesia sebagai negara yang disegani dengan bargaining yang tinggi di negara kawasan maupun global," katanya.

Dalam aksinya, BEM SI dinilai terbawa arus permainan politik tingkat tinggi. Hal itu terlihat dalam beberapa isu yang diangkat. 

Pertama, menuntut Jokowi untuk tidak cawe-cawe di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Indonesia 2024, setelah tuduhan cawe-cawe Kepala Negara tidak terbukti di Pilpres 2024. 

Kedua, menolak segala macam bentuk upaya pembungkaman kebebasan pers. Ketiga, menolak kembalinya Dwi Fungsi TNI Polri. Keempat, menolak pelemahan Mahkamah Konstitusi (MK) yang berpotensi mengganggu independensi kekuasaan kehakiman.

"Semua isu itu sedang dimainkan untuk menyerang Presiden Jokowi lewat keluarganya," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya