Sejarah Hari Radio Nasional 11 September

Perkembangan awal radio di Indonesia dimulai dari Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Batavia atau Jakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Sep 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2024, 15:00 WIB
Ilustrasi lagu, musik, radio
Ilustrasi lagu, musik, radio. (Mixtape photo created by freepik - www.freepik.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Setiap 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Peringatan ini bersamaan dengan lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.

Dibentuknya Hari Radio Nasional juga tak bisa dipisahkan dari sejarah RRI. Mengutip dari berbagai sumber, RRI dibentuk sekitar satu bulan setelah Hoso Kyoku dihentikan pada 19 Agustus 1945. Hoso Kyoku merupakan radio siaran milik pemerintah Jepang.

Perkembangan awal radio di Indonesia dimulai dari Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Batavia atau Jakarta. Menurut laman resmi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dihentikannya siaran radio Hoso Kyoko pada 19 Agutus 1945 kemudian menjadi cikal bakal lahirnya RRI.

Pada masa awal-awal kemerdekaan, bangsa Indonesia masih belum mengetahui apa yang harus dilakukan. Ditambah dengan rumor yang disiarkan radio-radio luar negeri yang mengabarkan bahwa Belanda akan kembali menjalankan kekuasaanya di Indonesia.

Pada saat itu lah, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa kependudukan Jepang menyadari bahwa radio merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk Pemerintah Indonesia saat itu. Radio menjadi media untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan rakyat.

Dengan demikian, pemerintah Indonesia mampu menyebarluaskan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat juga lebih mudah mengetahui kondisi terkini dan apa saja yang harus mereka lakukan melalui informasi dari siaran radio saat itu.

Akhirnya, sebanyak delapan delegasi Indonesia yang sebelumnya tergabung di radio siaran Hosu Kyoku menggelar pertemuan bersama pemerintah Indonesia di Jakarta. Kedelapan delegasi tersebut adalah adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi.

Pertemuan yang digelar pada 11 September 1945 sekitar pukul 17.00 itu diadakan di bekas Gedung Raad Van Indje Pejambon, Jakarta. Abdurahman Saleh yang menjadi Ketua Delegasi mengatakan pentingnya radio sebagai alat komunikasi Pemerintah dengan rakyat.

 

Efektif

Saluran radio dinilai lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran. Kehadiran radio pun menjadi penting saat itu mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September 1945.

Melalui pertemuan tersebut, akhirnya diputuskan bahwa Persatuan Radio Repubik Indonesia dibentuk untuk meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa. Pertemuan itu juga memutuskan beberapa poin penting, di antaranya mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RRI sebagai alat komunikasi dengan rakyat serta mengimbau agar semua hubungan antara Pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdurahman Saleh.

Saat itu, Pemerintah menyanggupi keputusan tersebut dan siap membantu RRI. Namun di sisi lain, tak sependapat dalam beberapa hal.

Selanjutnya pada dini hari, delegasi dari delapan stasiun di Jawa mengadakan rapat. Para delegasi yang hadir berasal dari wilayah Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, dan Bandung, sedangkan Surabaya dan Malang tidak mengirim perwakilan.

Dari pertemuan rapat tersebut akhirnya disepakati bahwa RRI didirikan dengan Abdurahman Saleh sebagai pemimpin. Seiring perkembangan zaman, saluran radio terus menghadirkan beragam inovasi.

Saat ini, radio di Indonesia semakin berkembang dengan munculnya berbagai siaran radio swasta lainnya. Bahkan, kini radio tak hanya bisa didengarkan di perangkat radio saja, melainkan juga bisa melalui aplikasi ponsel pintar maupun online melalui website.

 

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya