Liputan6.com, Jakarta - Musik keroncong merupakan salah satu genre musik tradisional Indonesia yang memiliki akar budaya yang mendalam. Berasal dari pengaruh Portugis yang tiba di Nusantara pada abad ke-16, keroncong awalnya berkembang melalui alat musik seperti gitar kecil bernama cavaquinho.
Musik ini kemudian mengalami akulturasi dengan unsur-unsur tradisional Indonesia, sehingga lahir sebuah gaya musik yang unik. Dirangkum dari berbagai sumber, keroncong mulai dikenal luas di masyarakat pada masa kolonial Belanda, terutama di wilayah pesisir Jawa, seperti Batavia (sekarang Jakarta) dan Semarang.
Seiring waktu, keroncong menjadi salah satu bentuk seni musik yang dianggap sebagai simbol identitas budaya bangsa. Ciri khas keroncong terletak pada penggunaan alat musik yang sederhana namun menghasilkan suara yang khas.
Advertisement
Baca Juga
Instrumen seperti ukulele, gitar, biola, flute, cello, dan keroncong (sejenis instrumen petik kecil) berpadu menghasilkan irama yang lembut dan mendayu. Biasanya, keroncong dimainkan dalam formasi orkes kecil yang disebut Orkes Keroncong.
Selain itu, pola irama keroncong dikenal dengan istilah cengkok, yang merupakan pola melodi dengan sentuhan improvisasi, memberikan kelembutan sekaligus keunikan pada lagu-lagunya.
Lagu-lagu keroncong sering kali mengangkat tema cinta, kehidupan sosial, serta nasionalisme, seperti yang terlihat dalam lagu legendaris seperti Bengawan Solo karya Gesang.
Pada masa penjajahan Jepang, keroncong sempat menjadi media perjuangan untuk menyebarkan semangat nasionalisme. Lirik-lirik lagu keroncong diubah untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan dan kritik sosial secara tersirat.
Warisan Budaya
Hal ini menunjukkan bahwa keroncong bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat perjuangan dan ekspresi masyarakat. Setelah Indonesia merdeka, keroncong terus berkembang dan mengalami modernisasi, meskipun popularitasnya mulai tergeser oleh genre musik lain seperti pop dan dangdut.
Namun, para seniman dan pecinta keroncong terus berupaya menjaga eksistensi musik ini melalui berbagai festival dan pertunjukan, baik di dalam maupun luar negeri.
Di era modern, keroncong tidak lagi terbatas pada format tradisionalnya. Banyak musisi muda yang menggabungkan keroncong dengan genre lain seperti jazz, pop, bahkan elektronik, untuk menarik perhatian generasi baru.
Salah satu contohnya adalah grup musik Payung Teduh yang memasukkan elemen keroncong dalam beberapa lagunya. Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa keroncong memiliki potensi untuk tetap relevan di tengah perkembangan musik global.
Meski demikian, upaya pelestarian keroncong secara autentik tetap penting agar generasi mendatang bisa mengenali akar budayanya. Musik keroncong cerminan keragaman budaya Indonesia yang penuh harmoni.
Sebagai warisan budaya yang kaya, keroncong memiliki peran penting dalam menjaga identitas bangsa di tengah arus modernisasi. Melalui apresiasi dan inovasi, keroncong diharapkan dapat terus hidup dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi kebanggaan yang mendunia.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement