Sagu Lenggang, Makanan Pokok Khas Lingga yang Jadi Pengganti Beras

Uniknya, sagu lenggang disantap tanpa dikunyah, melainkan langsung ditelan. Cara makan ini mengingatkan pada cara menyantap bubur.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Des 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2024, 06:00 WIB
Tepung Sagu
Ilustrasi tepung sagu/credit: Freepik.com

Liputan6.com, Kepri - Sagu lenggang adalah salah satu makanan khas masyarakat Lingga berbahan sagu. Makanan ini kerap dijadikan sebagai pengganti beras oleh masyarakat setempat, terutama yang tinggal di Lingga Utara.

Mengutip dari disbud.kepriprov.go.id, sagu memang merupakan sumber karbohidrat yang menjadi sumber energi utama pada makanan pokok. Sebagai salah satu daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia, masyarakat Lingga pun memanfaatkannya sebagai makanan pokok pengganti beras.

Sagu lenggang merupakan makanan berbentuk butiran kecil yang keras. Sagu lenggang mudah melunak dan hancur jika terkena air.

Umumnya, sagu lenggang disantap bersama lauk ikan gulai asam pedas. Selain itu, ada juga tambahan sambal belacan.

Uniknya, sagu lenggang disantap tanpa dikunyah, melainkan langsung ditelan. Cara makan ini mengingatkan pada cara menyantap bubur.

Untuk membuat sagu lenggang lunak, biasanya dicampur dengan siraman kuah ikan gulai asam pedas. Selain disantap secara lansung, sagu lenggang juga bisa dijadikan bahan pokok berbagai makanan tradisional, seperti lambok dan keripik sagu lenggang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sagu Basah Bersih

Sementara itu, sagu lenggang dibuat dari sagu basah bersih. Untuk membuatnya, pertama-tama sagu basah diayak dengan ayak pemecah hingga membentuk butiran halus.

Sagu diayak di atas tikar pandan atau guni. Butiran sagu yang jatuh di atas guni selanjutnya dilenggang hingga berbentuk bulat.

Setelah dilenggang, butiran sagu kembali diayak dengan ayak pengambik. Proses ini membuat sagu berbentuk butiran yang lebih halus lagi.

Selanjutnya, sagu dimasukkan ke dalam kuali besar untuk digongseng hingga matang. Nantinya, sagu yang telah matang akan berubah menjadi keras.

Setelah itu, sagu kembali diayak sekali lagi dengan menggunakan ayak mokot. Proses ini dilakukan untuk membersihkan sagu lenggang dari debu, sehingga menghasilkan sagu lenggang yang terbaik.

Hingga kini, sagu lenggang masih menjadi makanan pokok pendamping ataupun pengganti beras di sebagian wilayah Lingga. Bagi masyarakat Lingga, mengonsumsi sagu bukan dikarenanan faktor kemiskinan, melainkan kebiasaan turun-temurun.

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya