Tikar Pandan, Tikar Tradisional Lingga yang Dibuat dari Pandan Berduri

Tikar pandan dibuat dalam berbagai ukuran. Umumnya, ukuran tikar dibuat menurut hasta atau jengkal pengrajin.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Nov 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi daun pandan
Ilustrasi daun pandan. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Liputan6.com, Kepri - Masyarakat di Kabupaten Lingga memiliki tikar tradisional yang disebut tikar pandan. Tikar ini dibuat dari pandan berduri yang tumbuh di tepi laut.

Mengutip dari disbud.kepriprov.go.id, tikar pandan biasanya digunakan sebagai alas untuk berbagai kegiatan, seperti menghidangkan makanan, salat, tidur, hingga menerima tamu.

Tikar pandan dibuat dalam berbagai ukuran. Umumnya, ukuran tikar dibuat menurut hasta atau jengkal pengrajin.

Macam ukurannya pun disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya tikar tempat duduk tamu biasanya memiliki ukuran panjang 4,5 hasta dan lebar 3,5 hasta. Adapun tikar untuk sajadah laki-laki memiliki panjang 3,5 hasta dan lebar 4 jengkal, sedangkan tikar untuk sejadah perempuan berukuran panjang 3,5 hasta dan lebar 5 jengkal.

Perbedaan ukuran lebar pada sajadah perempuan dan laki-laki didasarkan pada penggunaan mukena pada perempuan. Tikar yang lebih lebar dapat membuat mukena tidak kotor karena terkena lantai secara langsung.

Selain itu, ada juga tikar untuk bayi yang biasanya berukuran panjang 3,5 jengkal dan lebar 2,5 jengkal. Beragam ukuran tikar pandan juga bisa disesuaikan dengan keinginan masyarakat yang memesannya.

Tikar pandan yang dibuat terdiri dari dua jenis, yakni tikar tanpa helaian daun pandan berwarna dan tikar yang menggunakan helaian daun pandan yang diberi warna. Tikar tanpa pandan berwarna adalah tikar tanpa motif, sebaliknya tikar dengan helaian berwarna adalah tikar yang mempunyai motif.

Adapun tikar yang menggunakan daun pandan berwarna disebut tikar paca. Beberapa motif pada tikar adalah motif biasa atau selang seling, belah ketupat, dan kotak-kotak. Motif belah ketupat merupakan kombinasi tampuk pinang.

Bagian tepi tikar juga mempunyai motif, yakni motif tepi bingke. Motif ini berbentuk segi tiga yang timbul di atas anyaman dasar.

Ada juga motif lipat yang dibuat dengan cara melipat tepi atau akhir anyaman kebagian dalam bentuk segi tiga. Teknik tersebut merupakan teknik untuk mengunci atau mematikan anyaman.

Tak ketinggalan, ada juga motif gigi hiu. Sesuai namanya, motif ini memiliki bentuk yang menyerupai bentuk susunan gigi hiu. Tikar pandan hingga kini masih digunakan oleh masyarakat Kabupaten Lingga di berbagai acara. Keberadaan tikar tradisional ini menjadi bukti kreatifitas masyarakat lokal yang akan terus dilestarikan.

 

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya