Semarak Hari Patriotik, Bone Bolango Perkuat Nasionalisme Lewat Tradisi

Pemkab Bone Bolango memperingati Haul Hari Patriotik 23 Januari dengan zikir, doa, dan upacara di Taman Makam Pahlawan Nani Wartabone. Acara ini bertujuan mengenang perjuangan Nani Wartabone dan menumbuhkan rasa nasionalisme.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 23 Jan 2025, 13:17 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 13:15 WIB
Semarak Hari Patriotik
Pemerintah Kabupaten Bone Bolango menggelar zikir dan doa bersama untuk memperingati Haul Hari Patriotik 23 Januari (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Pemerintah Kabupaten Bone Bolango menggelar zikir dan doa bersama untuk memperingati Haul Hari Patriotik 23 Januari di Taman Makam Pahlawan Nani Wartabone, Kamis (23/1/2025).

Momen penting ini adalah untuk mengenang jasa Pahlawan Nasional Nani Wartabone, yang memimpin perjuangan kemerdekaan Gorontalo.

Bupati Bone Bolango, Merlan S. Uloli, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah wujud penghormatan dan rasa syukur pemerintah serta masyarakat terhadap pengorbanan Nani Wartabone.

“ini harus dilakukan setiap tahun, tanpa melihat siapa pemimpinnya nanti. Zikir dan doa haul ini menjadi tradisi dalam menyambut Hari Patriotik 23 Januari,” kata Merlan.

Selain zikir dan doa, Pemkab Bone Bolango juga akan melaksanakan upacara peringatan Hari Patriotik di Lapangan Alun-Alun Bone Bolango pada keesokan harinya.

Upacara tersebut akan diikuti oleh pejabat, ASN, pelajar, guru, tenaga kesehatan, serta masyarakat. Setelah upacara, akan dilanjutkan dengan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nani Wartabone.

“Sebagai bagian dari perayaan, desa-desa di wilayah Suwawa akan menyajikan makanan tradisional non-beras di Taman Makam Pahlawan.

Ini adalah cara kita untuk melestarikan budaya lokal sekaligus memuliakan perjuangan pahlawan,” tambah Bupati Merlan.

Merlan juga mengimbau masyarakat, khususnya generasi muda, untuk turut hadir dalam kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan dan upaya menumbuhkan rasa nasionalisme.

Ia menekankan pentingnya mengenalkan sosok Nani Wartabone dan nilai perjuangannya kepada generasi penerus.

“Generasi muda harus tahu bahwa Pahlawan Nani Wartabone adalah bagian penting dari sejarah mereka. Tanggal 23 Januari adalah Hari Patriotik yang menjadi kebanggaan Provinsi Gorontalo,” tegas Merlan.

Sejarah Hari Patriotik

Hari Patriotik, Bendera Sepanjang 2,3 Km Dibentangkan di Gorontalo
Pelajar SMA membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 2,3 kilometer di Jalan Panjaitan dan Jalan Nani Wartabone, Gorontalo, Kamis (23/1/2020). Para pelajar menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil membentangkan bendera Merah Putih. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)... Selengkapnya

Setiap tanggal 23 Januari, masyarakat Gorontalo memperingati momen bersejarah yang dikenal sebagai Hari Patriotik. Sebuah proklamasi kemerdekaan yang terjadi dua tahun sebelum kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Momen ini sering disebut sebagai "Hari Kemerdekaan Kecil" bagi Provinsi Gorontalo. Biasanya, perayaan Hari Patriotik di Gorontalo berlangsung meriah dengan berbagai kegiatan. Seperti gerak jalan, upacara bendera, hingga pemasangan bendera Merah Putih di berbagai sudut wilayah.

Tradisi ini merupakan penghormatan terhadap perjuangan Nani Wartabone, pahlawan nasional asal Gorontalo yang memimpin rakyat untuk merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda.

Konon, 23 Januari 1942, di tengah tekanan penjajahan Belanda, Nani Wartabone bersama pasukannya berhasil mengusir penjajah dari Gorontalo.

Mereka menangkap pejabat Belanda, menduduki kantor-kantor pemerintahan, menurunkan bendera Belanda, dan mengibarkan Merah Putih di depan gedung yang kini menjadi Kantor Pos Gorontalo. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan catatan dalam buku Republik Indonesia: Provinsi Sulawesi (1953:205), Nani Wartabone memimpin pemerintahan darurat dengan jabatan kepala militer.

Sementara, Kusno Danupoyo menjabat kepala sipil. Pemerintahan darurat tersebut bahkan terhubung dengan gerakan kemerdekaan di Sulawesi Tengah.

Nani Wartabone lahir dari keluarga terpandang di Gorontalo. Ayahnya bekerja untuk Pemerintah Hindia Belanda, sementara ibunya berasal dari kalangan bangsawan.

Meski berasal dari keluarga berada, Nani Wartabone memiliki empati besar terhadap penderitaan rakyat kecil di Gorontalo kala itu. Perjuangan politiknya dimulai saat ia menjadi Sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Ia juga memimpin cabang Partai Nasional Indonesia (PNI) di daerahnya.

Dengan semangat nasionalisme yang tinggi, ia memimpin ribuan warga Gorontalo untuk bersatu melawan penjajah tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan status sosial. Menurut Kris Wartabone, perjuangan kakeknya bukan sekadar kisah legenda. Melainkan fakta sejarah yang nyata.

"Pada 23 Januari 1942, kakek saya bersama rakyat Gorontalo mengibarkan Merah Putih. Dengan persenjataan tradisional seperti tombak dan pedang, mereka berhasil mengusir penjajah yang bersenjata lengkap," ujar Kris mengisahkan.

Hari Patriotik bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga pengingat bagi generasi muda Gorontalo tentang arti perjuangan dan pengorbanan. Momen ini menjadi simbol semangat patriotisme dan keberanian dalam menghadapi penjajahan.

Kini, setiap 23 Januari, Gorontalo mengenang Nani Wartabone sebagai tokoh sentral dalam proklamasi kecil tersebut. Hari Patriotik menjadi warisan budaya dan sejarah yang terus dijaga oleh masyarakat setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya