'Fragmen Luka', Ikhtiar Putra Pratama Menembus Batas Global dengan Puisi

Buku ini diterbitkan di empat negara, Indonesia, Mesir, Turki, dan Lebanon. "Fragmen Luka" menjadi jembatan yang menghubungkan sastra Indonesia dengan budaya dan persepsi lintas negara

oleh Ardi Munthe diperbarui 23 Jan 2025, 17:30 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 14:47 WIB
Sampul buku kumpulan puisi Fragmen Luka ciptaan Ikhtiar P. Pratama. Foto : (Istimewa).
Sampul buku kumpulan puisi Fragmen Luka ciptaan Ikhtiar P. Pratama. Foto : (Istimewa).... Selengkapnya

Liputan6.com, Lampung - Seorang sastrawan muda berbakat asal Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Ikhtiar Putra Pratama kembali membuktikan bahwa puisi masih memiliki daya hidup di tengah dominasi budaya digital.

Melalui karya terbarunya, "Fragmen Luka", Ikhtiar membawa pembaca menyelami kedalaman emosi manusia melalui bait-bait puisi yang sarat refleksi filosofis dan estetika.

"Fragmen Luka" menampilkan tema-tema universal seperti cinta, rindu, kematian, dan sunyi, yang diolah dengan metafora tajam dan paradoks menggugah.

Puisi-puisi seperti "Ontologi Sunyi" dan "Epistemonologi Luka" memperlihatkan keheningan dan luka sebagai entitas bermakna, yang hidup dan mengajak pembaca merenungkan kompleksitas keberadaan manusia.

Kesuksesan Ikhtiar dalam menghadirkan tema berat melalui bahasa yang memikat menjadi bukti bahwa sastra, khususnya puisi, tetap relevan di kalangan generasi muda.

Hal ini semakin ditegaskan dengan langkah besar penerbitan internasional buku ini di empat negara, Indonesia, Mesir, Turki, dan Lebanon. "Fragmen Luka" menjadi jembatan yang menghubungkan sastra Indonesia dengan budaya dan persepsi lintas negara.

Desain sampul karya Danu Riansyah Pratama memperkuat kesan eksklusif buku ini, menghadirkan nilai estetika yang sejalan dengan kedalaman isi. Buku ini tidak hanya sekadar kumpulan puisi, tetapi juga medium refleksi atas emosi, filosofi, dan perjalanan hidup manusia.

Kilasan Puisi dalam "Fragmen Luka"

Ikhtiar Putra Pratama, penulis buku kumpulan puisi "Fragmen Luka". Foto : (Liputan6.com/Ardi).
Ikhtiar Putra Pratama, penulis buku kumpulan puisi "Fragmen Luka". Foto : (Liputan6.com/Ardi).... Selengkapnya

Beberapa puisi yang termuat dalam buku ini, seperti "Sajakku," "Resonansi Sunyi," dan "Kabut dan Senja," menghadirkan perjalanan batin yang penuh makna.

Dalam puisi "Sajakku," Ikhtiar menggambarkan proses kreatifnya sebagai harmoni antara rasa dan logika, yang diibaratkan seperti batang tebu yang melalui proses pahit untuk menghasilkan rasa manis.

Puisi "Resonansi Sunyi" membawa pembaca pada pencarian eksistensial di tengah keheningan, di mana doa dan harapan menjadi penggerak menuju pencerahan.

Sementara itu, "Kabut dan Senja" menciptakan suasana melankolis yang memadukan realitas dan mimpi, menyampaikan keindahan sekaligus teka-teki kehidupan.

Sastra Indonesia Menembus Kancah Global

Dengan penerbitan internasionalnya, "Fragmen Luka" membuktikan bahwa sastra Indonesia memiliki daya tarik universal.

Buku ini tidak hanya memperkenalkan keindahan bahasa Indonesia, tetapi juga menawarkan ruang kontemplasi bagi pembaca lintas budaya.

Ikhtiar Putra Pratama melalui "Fragmen Luka" menegaskan bahwa puisi adalah jembatan antara logika dan rasa, sebuah medium untuk merayakan kemanusiaan di tengah perubahan zaman.

"Fragmen Luka" adalah sebuah karya yang layak dihargai, direnungkan, dan dinikmati oleh pencinta sastra di mana pun berada. Karya ini menjadi bukti bahwa generasi muda mampu menjaga dan menghidupkan puisi sebagai refleksi budaya, emosi, dan keindahan.

Sejumlah Puisi dalam Buku Fragmen Luka

Sajakku

Sajakku terlahir dari perkawinan kata dan luka

Kepribadiannya dibentuk oleh suasana

Perilakunya dipengaruhi oleh relasi

Ia tumbuh bersama sabda alam

Dan berkembang dalam

Sepi malam

 

Sajakku

Serupa sebatang tebu

yang dicabut dari rumpunnya

Dipotong, disayat-sayat, di masukan 

ke mesin penggilingan dan menjelma menjadi

Sajak-sajak manis yang kalian baca dalam buku ini.

 

Resonansi Sunyi

--Untuk Andromeda Fannya Franklin

Dalam kedai sunyi, aku pejalan tanpa peta,

Merunut pijar getar dari retak dada,

Embun pagi dan senja berkelindan,

Menjemput waktu dalam lenguh angin,

Di bawah kanopi rindu yang sepi.

 

Keringat mengalir dari bukit cahaya,

Di mana langkahku terhenti, memetik bayang,

Apakah burung malam berbisik di antara dedaunan?

Kegelapan menjadi saksi bisu, dan aku bertanya,

Pada ruang di balik waktu yang tak pernah kembali.

 

Kusebut namamu dalam doa yang terjal,

Menarik benang-benang harapan dari nadi waktu,

Dalam detak yang memburu kemuara sunyi,

Aku berjalan sendiri, menyusuri jalan-jalan ingatan,

Menemukan cahaya di ujung kegelapan.

 

Kabut Dan Senja

--Untuk Manar Mohammed

Bising jarum jam menggigit napas,

Di rel-rel sunyi, sepi melompat.

Bayang putih menanti tanpa kata,

Kau tanya, kenapa malam mengajak kita?

 

Daun jambu berbisik pada bayang,

Cahaya merayap susut di atas genting.

Aku dan Kau, pejam mata di ranting,

Hujan mengalir, seperti rahasia tanpa nama.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya