Liputan6.com, Jakarta - Harga saham sempat turun tajam setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor sebesar 10% untuk semua mitra dagang Amerika Serikat (AS), dan tarif lebih tinggi untuk negara-negara yang punya defisit dagang dengan AS.
Investor dan ekonom khawatir kebijakan tarif Trump bisa memicu perang dagang dengan mitra dagang utama AS dan mendorong inflasi naik. Dua hal ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Baca Juga
Jika resesi semakin dekat, pasar bisa terus jatuh dengan cepat. Melansir CNBC Make It, Sabtu (12/4/2025), selama bertahun-tahun, bos Berkshire Hathaway sekaligus legenda investasi Warren Buffett selalu menyarankan untuk tetap tenang di masa-masa pasar bergejolak.
Advertisement
Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham tahun 2017, Buffett menulis bahwa tidak ada yang tahu seberapa jauh harga saham bisa jatuh dalam waktu singkat. Tapi jika penurunan besar benar-benar terjadi, ingat bait-bait dari puisi klasik Rudyard Kipling berjudul If, ditulis sekitar tahun 1895.
“Jika kamu bisa tetap tenang saat semua orang di sekitarmu kehilangan akal ... Jika kamu bisa bersabar dan tidak lelah menunggu ... Jika kamu bisa berpikir — tanpa menjadikan pikiranmu sebagai tujuan akhir ... Jika kamu bisa percaya pada dirimu saat semua orang meragukanmu ... Maka dunia dan segala isinya akan menjadi milikmu," demikian bunyi bait tersebut.
Mengapa tetap tenang itu penting
Perlu dicatat Buffett sedang membicarakan penurunan besar di pasar saham, seperti saat krisis 2007–2009, ketika S&P 500 kehilangan lebih dari 50% nilainya. Situasi seperti itu sebenarnya cukup langka.
Koreksi Pasar
Koreksi pasar seperti yang terjadi sekarang sebenarnya hal yang lumrah. Sejak 1980, sudah terjadi 21 penurunan sebesar 10% atau lebih di S&P 500, dengan rata-rata penurunan dalam setahun sekitar 14%, menurut Baird Private Wealth Management. Tentu saja, investor sering tidak tahu apakah situasi akan memburuk atau tidak, sampai itu benar-benar terjadi.
“Tidak ada yang bisa memprediksi kapan itu akan terjadi. Lampu bisa saja langsung berubah dari hijau ke merah tanpa sempat lewat kuning. Lampu bisa saja langsung berubah dari hijau ke merah tanpa sempat lewat kuning,” tulis Buffett pada 2017.
Namun, apakah penurunan itu kecil dan cepat pulih, atau terasa panjang dan menyakitkan, pesan untuk investor tetap sama, pegang rencana jangka panjangmu dan terus berinvestasi. Buffett melihat penurunan pasar sebagai kesempatan luar biasa. Kenapa? Karena secara historis, pasar selalu kembali naik dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sejak 1928, rata-rata masa bear market, yaitu penurunan 20% atau lebih dari titik tertinggi, hanya berlangsung kurang dari 10 bulan, menurut data dari Hartford Funds. Dalam konteks rencana investasi yang biasanya bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun, waktu 10 bulan itu tidak terasa lama.
Advertisement
Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
Meskipun menjalani masa seperti itu bisa terasa menakutkan, tetap fokus pada tujuan jangka panjangmu. Dengan terus rutin berinvestasi saat pasar turun, Anda secara tidak langsung membeli saham dalam keadaan diskon.
Selama menerapkan strategi investasi yang terdiversifikasi dengan baik, Anda akan mendapatkan harga yang makin bagus saat harga saham turun. Seperti kata Kipling untuk tetap tenang, abaikan berita-berita sensasional, dan terus lakukan apa yang sudah direncanakan. Apakah dunia dan segala isinya akan menjadi milik Anda?
Mungkin tidak, tapi peluangmu untuk menumbuhkan kekayaan jangka panjang akan jauh lebih besar. Sikap ini mengingatkan pada kutipan Buffett lainnya soal memanfaatkan investasi murah, kali ini dari surat pemegang saham tahun 2009. “Kesempatan besar datangnya jarang. Kalau sedang hujan emas, ambillah ember, bukan cangkir kecil,".
