Liputan6.com, Jakarta - Disrupsi dan digitalisasi adalah dua istilah yang sering dianggap sebagai pendorong utama perubahan cepat saat ini. Keduanya pernah menjadi pokok bahasan serius dalam simposium di Kemenkop UKM tahun lalu.
Kali ini, fokus saya adalah pada bagaimana UMKM yang ingin bertahan dan unggul di tengah situasi transformatif ini perlu merancang strategi yang tepat. Berikut ini empat langkah emas yang bisa diterapkan oleh para pelaku UMKM:
1. Redefinisi Nilai: Temukan & Perkuat Unique Selling Proposition (USP)
Advertisement
Mengapa ini penting?
UMKM kerap terjebak dalam persaingan harga, padahal pelanggan sesungguhnya membeli nilai, bukan hanya produk. Transformasi bisnis harus dimulai dengan memahami ulang nilai unik apa yang ditawarkan kepada pelanggan.
Langkah aplikatif:
- Riset mendalam tentang pelanggan: gunakan survei, wawancara, atau media sosial untuk menggali kebutuhan mereka.
- Tentukan faktor pembeda: apakah produk Anda lebih cepat, lebih sehat, lebih lokal, atau lebih eksklusif?
- Bangun narasi yang kuat: ceritakan nilai bisnis Anda dengan storytelling yang memikat. Contoh: Sebuah UMKM kopi lokal mengalihkan fokus dari sekadar “kopi enak” menjadi “kopi yang memberdayakan petani” dengan menonjolkan transparansi dan keadilan dalam rantai pasokannya.
2. Digitalisasi & Automasi: Memanfaatkan Teknologi untuk Efisiensi dan Jangkauan Luas
Digitalisasi bukan sekadar soal toko online atau media sosial. UMKM yang ingin berkembang harus menerapkan teknologi untuk operasional lebih efisien, layanan lebih cepat, dan pemasaran lebih tajam.
Langkah aplikatif:
- Gunakan alat digital: manfaatkan aplikasi kasir digital, CRM, dan manajemen stok berbasis cloud.
- Pindah ke pemasaran digital berbasis data: manfaatkan Facebook Ads, Instagram Ads, atau Google My Business untuk memperluas jangkauan.
- Adopsi e-commerce & payment gateway: permudah transaksi dengan metode pembayaran digital untuk kenyamanan pelanggan.Contoh: Seorang pengrajin batik yang sebelumnya hanya mengandalkan toko fisik kini menggunakan Instagram Shopping dan WhatsApp Business API, meningkatkan penjualan hingga 300% dalam setahun.
3. Kolaborasi & Ekosistem: Bangun Aliansi, Jangan Berjalan Sendiri
Kesuksesan UMKM tidak hanya tergantung pada produk, tetapi juga pada jaringan yang dibangun. Bergabung dalam ekosistem bisnis dapat membuka peluang pasar baru, akses permodalan, dan inovasi yang lebih cepat.
Langkah aplikatif:
- Jalin kemitraan strategis: kolaborasi dengan UMKM lain, marketplace, atau perusahaan besar untuk memperluas pasar.
- Gabung dalam komunitas bisnis: seperti TDA, ABDSI, atau komunitas wirausaha untuk berbagi wawasan dan peluang.
- Akses program inkubasi & pendanaan: cari peluang pendanaan dari bank, venture capital, atau program pemerintah.Contoh: Seorang pengusaha makanan sehat bermitra dengan komunitas fitness untuk menjual produknya sebagai bagian dari program diet sehat.
4. Adaptasi Berkelanjutan:Bangun Budaya Belajar & Inovasi
Transformasi bisnis tidak berhenti setelah digitalisasi atau ekspansi. UMKM harus terus belajar, mengikuti tren baru, dan bereksperimen agar tetap relevan dan unggul.
Langkah aplikatif:
- Pantau tren & kompetitor: gunakan Google Trends, media sosial, atau insight dari pelanggan untuk mengetahui perkembangan industri.
- Eksperimen model bisnis: coba inovasi seperti subscription model, bundling produk, atau layanan premium.
- Evaluasi & pivot cepat: jangan takut mengubah strategi jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.Contoh: Seorang pemilik toko baju Muslim melihat tren live shopping di TikTok, lalu mulai menjual produknya secara live dan meningkatkan omzetnya lima kali lipat dalam enam bulan.
Penulis: Cahyadi Joko Sukmono/ Spesialis Bisnis Sosial / Ketua Umum Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI)
Advertisement