Dolar AS Keok, Rupiah Sekarang Perkasa di Rp 16.428

Rupiah menguat terhadap dolar AS seiring data Consumer Price Index AS lebih dingin dari yang diharapkan pada bulan Februari. 2025.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 13 Mar 2025, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 17:30 WIB
Tertekan, Rupiah Terjun ke Level Rp16.283 per Dolar AS
Tercatat ada sebanyak 234 saham yang mengalami kenaikan, 383 turun, dan 186 stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada Kamis, 13 Maret 2025. Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa rupiah ditutup menguat 24 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat menguat 40 poin di level Rp 16.428 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.452.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.420 - Rp 16.460,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Rupiah menguat seiring data Consumer Price Index AS lebih dingin dari yang diharapkan pada bulan Februari. 2025. Namun, pembacaan yang lebih rendah terutama didorong oleh penurunan beberapa item yang mudah berubah, dengan hasil yang masih menunjukkan bahwa inflasi tetap kuat.

Ibrahim menyoroti mengenai pembacaan CPI juga tidak mencerminkan dampak tarif Trump terhadap inflasi

“Namun, analis memperingatkan bahwa meskipun pergerakan pasar optimis, kekhawatiran mendasar seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global tetap ada, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar dapat terus berlanjut dalam waktu dekat,” paparnya.

Sebelumnya, Trump pekan ini resmi mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk impor baja dan aluminium.Presiden AS juga mengeluarkan sinyal tarif lebih lanjut pada barang-barang Uni Eropa. Sementara itu, Eropa yang merupakan mitra dagang utama AS mengatakan mereka akan membalas hambatan perdagangan yang telah ditetapkan oleh presiden AS.

“Fokus berlebihan Trump pada tarif telah mengguncang kepercayaan investor, konsumen, dan bisnis serta meningkatkan kekhawatiran resesi AS,” kata Ibrahim.

“Saat ini pasar tertuju pada data indeks harga produsen untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang inflasi AS. Inflasi yang lebih rendah memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan bank tersebut akan bertemu minggu depan,” bebernya.

 

Promosi 1

RI Catat Defisit APBN 0,13% di Februari 2025

Rupiah juga menguat setelah rilis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN Februari 2025 mencatat defisit 0,13% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Defisit itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Januari 2025, yaitu Rp23,5 triliun atau 0,10% terhadap PDB. Secara keseluruhan, pemerintah mendesain defisit APBN 2025 setahun penuh senilai Rp616,2 triliun atau 2,53% terhadap PDB.

 

Pendapatan Negara

Sedangkan pendapatan negara sepanjang Januari-Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun atau setara 10,5% dari target penerimaan. Penerimaan itu turun 20,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp400,4 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara pada Januari-Februari 2025 tercatat senilai Rp348,1 triliun atau 9,6% dari alokasi pemerintah. Realisasi belanja tercatat turun 6,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp374,3 triliun. Seiring realisasi tersebut, keseimbangan primer APBN Februari 2025 tercatat surplus Rp48,1 triliun.

Sebagai perbandingan, keseimbangan primer pada Februari 2024 adalah Rp95 triliun. sehingga, defisit 0,13% itu masih di dalam target desain APBN sebesar 2,53% dari PDB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya