Fenomena #KaburAjaDulu di Media Sosial, Ini Kata Pakar dari UGM

Di media sosial, belakangan ini muncul tren yang sedang viral yaitu “#KaburAjaDulu" yang dilakukan oleh para anak muda di Indonesia. Hastag ini ini disebarluaskan di berbagai akun media sosial pada kalangan anak muda.

oleh Yanuar H Diperbarui 23 Feb 2025, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 11:00 WIB
Anak Tiba-Tiba Ingin Ikut Tren #KaburAjaDulu, Bagaimana Peran Orangtua?
Anak Tiba-Tiba Ingin Ikut Tren #KaburAjaDulu, Bagaimana Peran Orangtua? Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta Baru-baru ini #KaburAjaDulu" tengah banyak diperbincangkan anak muda sebagai bentuk sindiran kepada kondisi sosial politik saat ini. Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Fisipol UGM, Hempri Suyatna mengatakan adanya fenomena hastag KaburAjaDulu adalah cermin sikap kritis dan sindiran anak muda soal kondisi sosial politik dalam negeri yang dianggap kurang menguntungkan dan negara dianggap “kurang hadir” di dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat.

“Dalam konteks pengetahuan, misalnya ada kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran akan menyebabkan masa depan Pendidikan terancam sehingga mendorong generasi muda untuk memilih ke luar negeri baik itu bekerja maupun menempuh studi,” kata Hempri, Kamis (20/2/2025).

Tagar ini Hempri melihatnya dari dua sisi yakni bisa menjadi peluang jika mereka yang pergi ke luar negeri dapat kembali ke Indonesia. Selanjutnya membagikan pengalaman selama studi atau bekerja di luar negeri untuk mendukung pembangunan di Tanah Air. “Saya kira diperlukan ekosistem dan dukungan yang menarik sehingga para diaspora yang di luar negeri dapat Kembali ke Indonesia,” ujarnya.

Hastag KaburAjaDulu ini di sisi lain dapat menjadi ancaman kalau para diaspora tidak kembali ke Tanah Air sehingga bangsa kekurangan tenaga-tenaga terampil yang selama ini dibutuhkan. Kondisi ini juga sudah memunculkan ketimpangan ekonomi antar negara maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia. “Ekosistem inovasi dan riset di Indonesia belum sepenuhnya baik. Baik dari insentif, gaji, dukungan regulasi, hak cipta dan sebagainya,” ujarnya.

Hempri melihat dengan situasi di Indonesia saat ini menjadi penyebab banyak ilmuwan muda yang menjadi kurang tertarik untuk mengembangkan karier di dalam negeri. Terlebih, dukungan untuk hilirisasi inovasi juga masih kurang sehingga banyak karya-karya yang tidak terimplementasikan dengan baik ke masyarakat.

Menurutnya menghadapi tantangan brain drain ini harus ada dukungan penganggaran dari hilirisasi riset juga inovasi dan pembukaan lapangan kerja yang cukup bagi anak muda. Selain itu perlu ada kebijakan pemberian insentif dan apresiasi terhadap inovasi-inovasi pada generasi muda agar Hastag KaburAjaDulu tidak lagi muncul. “Dukungan atas hilirisasi inovasi baik dalam bentuk pasar maupun pemberian intellectual property,” ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya