Liputan6.com, Jakarta - Keputusan berat itu akhirnya ditempuh juga oleh JW, 57 tahun. Pada 10 Januari lalu, perempuan warga Kelurahan Kraton ini, mendatangi Kantor Polres Bangkalan, Jawa Timur, untuk melaporkan anaknya sendiri Farhan Zaki alias FZ.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dan siapa pun yang membaca isi laporan itu, pasti akan mengerutkan dahi. Sebab, JW mengaku kerap dianiaya oleh anak bungsunya itu. Terakhir kali, pemuda 23 tahun itu tega memukulinya hanya karena tak diberi uang yang diminta.
Rupanya, pelaporan itu tak membuat FZ takut. Setelah dilaporkan, ia masih sempat dua kali menganiaya ibu kandungnya.
"FZ sudah kami tangkap di rumahnya, dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan," kata Kepala Polres Bangkalan, Ajun Komisaris Besar Hendro Sukmono.
Bukan Laporan Pertama
Pelaporan itu bukan kali pertama. Pada 2024, ibu JW juga pernah melaporkan anaknya itu ke polisi atas kasus serupa. Entah karena kasihan atau ada pertimbangan lain, laporan itu kemudian dicabut.
Alih-alih berubah, perilaku kasar FZ justru kian menjadi. Diduga karena sudah tak tahan dengan perilaku ganjil anaknya, JW membuat laporan lagi pada 10 Januari itu setelah ia ditonjok, dicekik, dan dipukul dengan sapu karena tak memberikan uang Rp200 ribu yang diminta.
Menurut Hendro Sukmono, setelah tak diberi, tersangka FZ sempat hendak membawa sepeda angin milik ibunya untuk dijual. Namun, sepeda tersebut terkunci.
"Karena sepeda terkunci, tersangka kesal sehingga terjadilah penganiayaan itu," ujar dia.
Advertisement
Untu Menebus Handphone
Sementara itu, saat diperiksa penyidik di ruang PPA Satreskrim Polres Bangkalan, FZ mengaku meminta uang untuk menebus handphone yang digadai. "Untuk nebus handphone," kata FZ kepada penyidik.
Namun bagi penyidik, alasan itu tampaknya terlalu sepele menjadi alasan untuk menganiaya ibu sendiri. Sebab itu, penyidik berencana melakukan uji urine terhadap FZ. Apalagi, menurut catatan polisi, dia pernah dibui karena kasus narkoba pada 2023 silam.
Atas perbuatannya, Farhan terancam pidana lima tahun penjara. Ia dijerat dengan pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
