Blangikhan, Tradisi Sakral Masyarakat Lampung Sambut Ramadan

Tradisi ini diselenggarakan di Kolam Renang Pahoman, Bandar Lampung, Jumat (28/2/2025), dengan melibatkan berbagai unsur pemerintah dan tokoh adat.

oleh Ardi Munthe Diperbarui 02 Mar 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2025, 00:00 WIB
Tradisi Blangikhan menjelang Ramadan 2025 di Kolam Renang Pahoman, Bandar Lampung. Foto : (Istimewa).
Tradisi Blangikhan menjelang Ramadan 2025 di Kolam Renang Pahoman, Bandar Lampung. Foto : (Istimewa).... Selengkapnya

Liputan6.com, Lampung - Menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1446 H, masyarakat adat Lampung kembali menggelar tradisi Blangikhan, sebuah ritual budaya yang sarat makna. Tradisi ini diselenggarakan di Kolam Renang Pahoman, Bandar Lampung, Jumat (28/2/2025), dengan melibatkan berbagai unsur pemerintah dan tokoh adat.

Acara diawali dengan arak-arakan kereta kencana menuju lokasi Blangikhan, menambah nuansa sakral dalam prosesi adat yang telah diwariskan turun-temurun ini.

Hadir dalam kegiatan tersebut Pj Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fredy mewakili Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, Ketua Harian DPP Lampung Sai sekaligus Ketua Umum Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Rycko Menoza SZP, Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar, serta tokoh agama dan masyarakat.

Makna Blangikhan dalam Tradisi Lampung

Blangikhan bukan sekadar seremoni adat, tetapi juga lambang penyucian diri sebelum memasuki bulan penuh berkah.

Fredy menegaskan bahwa tradisi ini mengandung nilai-nilai luhur yang menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama serta sebagai bentuk rasa syukur dalam menyambut Ramadan.

"Tradisi ini adalah warisan budaya yang harus terus dijaga. Blangikhan mengajarkan kita arti kebersamaan, gotong royong, serta sikap saling menghormati, yang menjadi cerminan jati diri masyarakat Lampung," kata Fredy, Jumat (28/2/2025).

Lebih dari sekadar ritual, Blangikhan menjadi upaya nyata untuk memastikan budaya Lampung tetap hidup dan dikenal luas, terutama oleh generasi muda.

Fredy mengajak seluruh masyarakat untuk terus melestarikan tradisi ini agar tetap bertahan di tengah perubahan zaman.

Lampung dan Warisan Budaya yang Mendunia

Ketua Umum MPAL, Rycko Menoza SZP mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya acara ini dengan baik. Ia menegaskan bahwa Blangikhan bukan hanya tradisi budaya, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai agama Islam.

"Kegiatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang berjalan beriringan dengan nilai-nilai keagamaan. Semoga dengan kegiatan seperti ini, Lampung semakin maju, dikenal luas, dan menjadi destinasi yang menarik bagi masyarakat luar," jelas Rycko.

Ia pun berharap agar Ramadan tahun ini dapat dijalani dengan penuh keberkahan, serta masyarakat dapat kembali bertemu dengan Ramadan di tahun mendatang dalam keadaan sehat dan bahagia.

Sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritualitas masyarakat Lampung, Blangikhan tidak hanya menjadi simbol persiapan menyambut Ramadan, tetapi juga momentum untuk mempererat silaturahmi, meningkatkan kepedulian sosial, dan memperbaiki diri.

"Mari jadikan Ramadan sebagai kesempatan untuk meningkatkan ibadah, keimanan, serta kebersamaan dalam kebaikan," ungkapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya