Liputan6.com, Jakarta Dua emiten perkebunan grup Salim mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan sepanjang 2013. Hal itu seiring kenaikan biaya keuangan dan harga jual komoditas termasuk kelapa sawit turun.
PT Salim Ivomas Pratama Tbk membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk turun 55% year on year (yoy) menjadi Rp 524 miliar pada 2013.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/2/2014), penurunan laba itu disebabkan sejumlah faktor antara lain penurunan laba usaha, pendapatan keuangan dan peningkatan biaya keuangan karena rugi bersih selisih kurs.
Advertisement
Perseroan mencatatkan kenaikan biaya keuangan menjadi Rp 859,81 miliar sepanjang 2013. Kalau melihat realisasi biaya keuangan tahun 2012 sebesar Rp 572,04 miliar.
Penurunan laba emiten berkode SIMP ini juga kinerja penjualan. Perseroan mencatatkan penjualan bersih turun tipis 5% menjadi Rp 13,28 triliun pada 2013. Penurunan ini disebabkan penurunan volume dan harga jual rata-rata dari minyak goreng curah dan minyak kelapa.
Adapun volume penjualan karet turun 4% dari 16.600 MT pada 2012 menjadi 15.900 MT pada 2013. Lalu volume penjualan minyak goreng, margarin dan minyak kelapa turun 2% menjadi 790 ribu ton pada 2013.
Namun, volume penjualan crude palm oil (CPO) naik 4% dari 828 ribu MT pada 2012 menjadi 864 ribu MT pada 2013. Volume penjualan palm kernel pun turun 6% menjadi 190 ribu ton. Sedangkan penjualan gula naik 21% menjadi 76 ribu ton pada 2013.
PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) juga melaporkan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang 2013. Perseroan mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 31,21% menjadi Rp 769,5 miliar sepanjang 2013.
Penjualan perseroan turun tipis 1,8% menjadi Rp 4,13 triliun pada 2012. Kalau dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 4,21 triliun.
Penurunan penjualan bersih turun disebabkan turunnya harga komoditas, terutama pada karet dan produk sawit serta turunnya volume dari seluruh produk kecuali minyak sawit. Kontribusi penjualan perseroan terdiri dari produk sawit sebsar 84,8%, karet 8,2%, bibit 5,6%, dan lainnya 1,4% pada 2013.
Adapun pengaruh dari harga jual rata-rata yang lebih rendah serta kenaikan upah mengakibatkan turunnya laba kotor sebesar 25,4% menjadi Rp 1,25 triliun pada 2013. Marjin laba bruto pun sebesar 30,3%. Laba usaha perseroan turun menjadi Rp 1,03 triliun, atau terkikis 22,5% pada 2013.
"Kuartal keempat 2013 merupakan kuartal yang kuat seiring dengan harga jual rata-rata serta produksi yang lebih tinggi di mana hal itu mendukung kinerja tahun 2013 secara umum," ujar Presiden Direktur PT PP London Sumatra Tbk, Benny Tjoeng.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus fokus pada penanaman baru untuk mempertahankan pertumbuhan di masa mendatang dengan cara yang berkelanjutan. Perseroan mencatatkan penanaman baru kelapa sawit sekitar 4.500 hektar per tahun dalam dua tahun terakhir.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, harga komoditas turun ditambah faktor cuaca telah berdampak terhadap kinerja emiten perkebunan termasuk grup Salim. Meski kinerja turun, David masih merekomendasikan buy untuk saham perkebunan milik grup Salim.
"Tahun ini tren harga CPO meningkat. Selain itu, diprediksi cuaca dan tingkat produksi akan membaik," kata David. (Ahm)