Tutup Pabrik, Sampoerna Tetap Berambisi Perkuat Pangsa Pasar

Meski melakukan pemutusan hubungan kerja, PT HM Sampoerna Tbk tetap memperkuat posisi perseroan sebagai hub ekspor Asia Pasifik.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mei 2014, 19:53 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2014, 19:53 WIB
Pegawai Pabrik Rokok
Pegawai Pabrik Rokok

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengungkapkan restrukturisasi operasional pabrik sigaret kretek tangan (SKT) tidak berdampak material terhadap kinerja keuangan dan operasional perseroan.

Sekretaris Perusahaan PT HM Sampoerna Tbk, Maharani Djody Putri menuturkan, pihaknya tetap berkomitmen untuk mempertahankan kepemimpinannya di industri sigaret Indonesia setelah penutupan dua pabrik di Jember dan Lumajang.

Perseroan tetap memproduksi produk kualitas terbaik dan memperkuat posisi perseroan sebagai hub ekspor Asia Pasifik di beberapa tahun yang akan datang.

Perseroan juga berkomitmen untuk beroperasi di Indonesia bersama dengan 33.500 karyawan yang bekerja di lima pabrik SKT, tiga pabrik sigaret mesin, dan 105 kantor area penjualan di Indonesia.

"Rencana restrukturisasi operasional pabrik SKT perseroan tidak memiliki dampak material bagi kinerja keuangna dan operasional perseroan," ujar Maharani, dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (19/5/2014).

PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.900 karyawannya yang berada di Jember dan Lumajang. Pemutusan hubungan kerja itu seiring dengan ditutupnya dua pabrik yang berlokasi di daerah tersebut pada 31 Mei 2014.

Perseroan menutup dua pabrik tersebut karena adanya penurunan pangsa pasar segmen SKT secara terus menerus hingga 23,1% pada 2013 dari 30,4% pada 2009.

Hal itu terjadi karena perubahan preferensi perokok dewasa dari sigaret kretek tangan ke sigaret kretek mesin dengan filter. Penurunan yang tejradi pada 2013 merupakan penurunan yang sangat besar dan tidak pernah terjadi sebelumnya, sehingga memberikan dampak sangat signifikan bagi kinerja merek-merek SKT perseroan.

Volume penjualan perseroan mengalami penurunan sebesar 13% pada 2013. Total volume SKT industri terus mengalami penurunan hingga kuartal I 2014 mencapai 16,1%. "Kami tidak melihat akan adanya perubahan tren pada segmen SKT dalam waktu dekat," kata Maharani.

Hingga kuartal I 2014, perseroan mencatatkan penjualan bersih naik tipis 5,02% menjadi Rp 18,31 miliar. Laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk naik tipis 5,66% menjadi Rp 2,75 miliar pada kuartal I 2014. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya