Dirut Telkom Beber Alasan Tukar Guling Saham dengan Tower Bersama

Nilai bisnis menara didorong bukan hanya oleh jumlah (skala), tetapi juga oleh penyewa (tenansi), dan kualitas penyewa, serta independensi.

oleh Nurmayanti diperbarui 26 Jun 2015, 12:05 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2015, 12:05 WIB
Telkom Indonesia
Telkom Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membeberkan alasan pihaknya melakukan aksi korporasi tukar guling saham (share swap) dengan PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG) dalam rangka monetisasi PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

“Kami tidak melakukan penjualan Mitratel. Telkom melakukan aksi korporasi ini untuk menjadi pemain dominan di industri menara melalui share swap dengan Tower Bersama yang kita anggap sebagai salah satu tower Company terbuka dan terbaik di Indonesia,” ungkap Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga, Jumat (26/6/2015).

Dijelaskannya, nilai bisnis menara didorong bukan hanya oleh jumlah (skala), tetapi juga oleh penyewa (tenansi), dan kualitas penyewa, serta independensinya. “Kami memandang bekerjasama dengan partner yang terbukti unggul merupakan pilihan terbaik sebelum nilai tower menurun,” jelas dia.

Menurutnya, saat ini industri menara di Indonesia pada siklus hiperkompetisi, di mana kompetisi antar penyedia menara sangat tinggi untuk mengakuisisi site.

Siklus ini biasanya akan diikuti tahapan berikutnya yakni maturity, di mana operator independen sudah semakin besar maka nilai sisa dari menara yang dimiliki operator akan menurun dari waktu ke waktu dikarenakan adanya tumpang tindih lokasi dengan site yang dimiliki Tower Company.

“Aksi share swap itu inisiatif strategi Telkom tidak menjual portofolio bisnis menara, tetapi untuk mengembangkan dengan berinvestasi di Tower Company. Kami ingin menjadi simple majority di salah satu listed tower company untuk mewujudkan sasaran strategi menjadi leading operator menara di Indonesia dan regional,” tegas dia.

Chief Innovation and Strategy Officer Telkom Indra Utoyo menambahkan dalam Conditional Share Exchange Agreement (CSEA) yang dirancang ada undertaking agreement dengan pemegang saham eksisting dari Tower Bersama di mana Telkom bisa menjadi simple majority.

“Tower Bersama berani menjanjikan kepemilikan saham di atas 10 persen. Kita juga tak bisa di atas 50 persen, dengan simple majority, kontrol ada di Telkom, tetapi indepedensi tetap terjaga,” jelas Alex.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VI DPR Nyoman Dhamantra meminta Telkom mencantumkan soal simple majority tersebut di CSEA karena Tower Bersama memiliki saham di bursa sekitar 40 persen.

“Jika tujuan Telkom ingin menjadi simple majority, itu harus diperjanjikan dengan jelas di CSEA. Soalnya jika motif itu tidak tercapai, dianggap berpotensi menimbulkan kerugian. Harap diingat, dengan ada floating shares 40 persen di pasar, bisa saja ada aksi block shares terhadap saham Tower Bersama,” katanya.
 
Seperti diketahui, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada Tower Bersama dengan cara share swap. Tower Bersama akan menguasai 100 persen saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13,7 persen saham TBIG. Secara bertahap, Telkom bisa menambah sahamnya dengan beberapa syarat. Proses transaksi ini  telah bergulir sejak 2014.

Batas akhir CSEA pada akhir Juni 2015. Tower Bersama telah memenuhi semua syarat yang ada  dalam perjanjian,  tinggal Telkom harus menuntaskan satu syarat yakni restu dari dewan komisaris.(Nrm/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya