Binakarya Sumringah Sambut Kebijakan Penurunan Uang Muka KPR

Kebijakan penurunan LTV ini akan mendorong pertumbuhan bisnis properti di kelas menengah ke bawah.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 14 Jul 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2015, 12:15 WIB
Pertumbuhan Properti 2015 Anjlok
Penampakan apartemen di salah satu kawasan di Jakarta, Senin (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) menyambut positif kebijakan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menurunkan uang muka bagi kredit pemilikan rumah (KPR) atau kebijakan loan to value (LTV) ratio. Langkah tersebut dianggap dapat menggairahkan sektor properti yang saat ini memang sedang mengalami kelesuan.

Corporate Secretary Binakarya Jaya Abadi, Raymond Hartono menjelaskan, BI dan OJK menurunkan syarat uang muka bagi KPR untuk rumah pertama dari semula 30 persen menjadi 20 persen. Langkah tersebut bisa meringankan beban masyarakat yang belum memiliki rumah. 

Kebijakan penurunan LTV ini akan mendorong pertumbuhan bisnis properti di kelas menengah ke bawah. 

Selain aturan uang muka tersebut, Raymond juga memberikan apresiasi langkah pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada warga asing untuk memiliki apartemen.

Dengan kebijakan tersebut bisa mendorong pertumbuhan bisnis properti super mewah atau untuk kalangan atas. 

"Memang kondisinya saat ini sedang turun. Dengan adanya kebijakan pemerintah mendorong sejuta rumah, LTV, ada kebijakan warga asing bisa memiliki apartemen, diharapkan mendorong kembali pasar properti" kata dia di Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Binakarya Jaya Abadi cukup optimistis bahwa berbagai kebijakan tersebut bisa mendorong bisnis perseroan. Apalagi, saat ini kebutuhan akan rumah atau hunian di Indonesia terus meningkat. Hal itu menjadi pemacu industri properti ke depan.

"Ke depan sangat yakin, karena kebutuhan masyarakat, populasi di Jabodetabek pesat, tingkat pertumbuhan tinggi," katanya.

Memang, kondisi saat ini perekonomian lesu dan berpengaruh pada daya beli masyarakat. Namun, diperkirakan tak akan lama karena penurunan tersebut lebih disebabkan karena sentimen global.

"Ini kan ada beberapa langkah yang pemerintah lakukan untuk mendorong tingkat perekonomian. Tapi kan ada faktor global krisis Yunani, krisis Bursa China," katanya.

Akuisisi Lahan

Binakarya Jaya Abadi baru saja menjalankan aksi korproasi melepas saham ke publik. Perseroan melepas 150 juta saham dengan harga Rp 1.000 per saham. Dengan begitu, perseroan memperoleh dana segar Rp 150 miliar.

Raymond mengatakan, 40 persen dana tersebut atau kurang lebih Rp 60 juta akan digunakan untuk belanja modal berupa akuisisi lahan. "Rp 150 miliar target sekitar 40 persen, tapi kan bertahap tidak sekaligus," katanya.

Pembebasan lahan tersebut masih dalam tahap negosiasi. Adapun wilayah tersebut meliputi di Jawa dan Kalimantan. "Ada beberapa lokasi Kalimantan dan di Jawa. Belum akuisisi, masih negosiasi," tandas dia. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya