Neraca Perdagangan RI Surplus US$ 477 Juta, IHSG Turun 30 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 30,92 poin ke level 4.870 pada penutupan sesi perdagangan saham Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jul 2015, 12:13 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2015, 12:13 WIB
Sempat Pecahkan Rekor, IHSG Kini Anjlok
IHSG hari ini tampaknya mendapat sejumlah tantangan untuk melanjutkan penguatannya, Jakarta, Selasa (9/9/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Rilis data neraca perdagangan Juni 2015 yang surplus US$477 juta belum mampu mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari zona merah pada perdagangan saham sesi pertama Rabu pekan ini.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Rabu (15/7/2015), IHSG ditutup melemah 30,92 poin (0,63 persen) ke level 4.870,80. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,80 persen ke level 832,69. Seluruh indeks saham acuan tertekan pada sesi pertama hari ini.

Di sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.897,86 dan terendah 4.859,97. Ada sekitar 145 saham yang diperdagangkan di zona merah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 76 saham menghijau. Adapun 77 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham hari ini sekitar 90.224 kali dengan volume perdagangan saham 2,14 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,06 triliun.

Secara sektoral, sebagian sektor saham melemah kecuali sektor saham tambang naik 0,17 persen dan sektor saham barang konsumsi mendaki 0,02 persen. Sedangkan sektor saham aneka industri turun 2,05 persen, sektor saham keuangan tergelincir 1,12 persen, dan sektor saham perkebunan melemah 0,96 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing cenderung melakukan aksi jual sekitar Rp154 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp100 miliar.

Sedangkan saham-saham yang menguat dan menggerakkan indeks saham hari ini antara lain saham ADHI naik 3,42 persen ke level Rp2.725 per saham, saham SMRU menguat 8,83 persen ke level Rp345 per saham, dan saham AKRA mendaki 2,76 persen ke level Rp5.575 per saham.

Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham BIKA turun 9,33 persen ke level Rp 1.360 per saham, saham SRIL tergelincir 9,21 persen ke level Rp345 per saham, dan saham BBRI turun 2,62 persen ke level Rp10.225 per saham.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyamba menuturkan meski neraca perdagangan Juni surplus akan tetapi ekspor dan impor cenderung turun.

Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan nasional pada Juni 2015 surplus US$470 juta. Perolehan ini dipicu surplus sektor non migas sebesar US$1,59 miliar, walaupun sektor migas defisit US$1,12 miliar.

Ini diungkapkan Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Rabu 15 Juli 2015. "Dari sisi volume perdagangan, pada Juni 2015 neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus 26,77 juta ton. Hal tersebut didorong surplusnya neraca sektor non migas 27,41 juta ton. Sebaliknya, sektor migas defisit 0,64 juta ton," jelas dia.

Namun, perolehan surplus neraca ini sesuai dengan prediksi pengamat yang memperkirakan kinerja neraca perdagangan Juni 2015 akan tertekan laju impor yang meningkat.

Memang sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 mengalami surplus US$950 juta. Ini dipicu surplus sektor non migas sebesar US$1,66 miliar, walaupun sektor migas defisit US$710 juta.

Para ekonom meramalkan surplus neraca perdagangan bulan keenam ini bakal lebih rendah dari realisasi Mei 2015 sebesar US$950 juta. (Ahm/Igw/hdy)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya