Akuisisi oleh Saratoga Belum Jelas, Saham Express Turun 9,8%

Saham PT Express Transindo Utama Tbk telah melemah 68,80 persen sepanjang 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Sep 2015, 17:40 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2015, 17:40 WIB
Taksi Express
(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) cenderung bergerak melemah sejak awal September 2015. Hingga kini belum ada perkembangan terbaru mengenai penyelesaian rencana akuisisi saham PT Express Transindo Utama Tbk oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)  dinilai memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan saham operator taksi Express tersebut.

Pada perdagangan saham, Selasa (29/9/2015) pukul 14.38 WIB, saham PT Express Transindo Utama Tbk turun 9,86 persen. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 546 kali dengan volume perdagangan saham 29,2 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 9,6 miliar. Saham PT Express Transindo Utama Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 350 dan terendah Rp 329 per saham.

Pada awal September 2015, saham TAXI sempat mencapai level Rp 730 per saham. Sepanjang 2015, saham PT Express Transindo Utama Tbk cenderung tertekan. Data RTI menunjukkan kalau saham PT Express Transindo Utama Tbk turun 68,80 persen. Harga saham TAXI sempat di level tertinggi Rp 1.220 per saham dan terendah Rp 365 per saham.

Volatilitas transaksi efek saham TAXI pun menjadi perhatian manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Otoritas bursa melayangkan surat kepada manajemen perseroan pada 21 September 2015. Bahkan saham TAXI masuk perdagangan saham tidak biasa atau unusual market activity pada 28 September 2015.

Dalam keterbukaan informasi BEI, Direktur PT Express Transindo Utama Tbk David Santoso mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan dan keputusan investasi pemodal.

Selain itu, perseroan juga tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham dan tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat. Akan tetapi, perseroan masih menjalankan kegiatan operasionalnya seperti biasa.

"Volatilitas yang terjadi pasar mungkin disebabkan semata-mata oleh mekanisme pergerakan harga saham yang berlaku di pasar," ujar David.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee melihat tren harga saham PT Express Transindo Utama Tbk cenderung negatif. Ia mengatakan, rencana pelepasan saham TAXI milik grup Rajawali kepada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk dan Golden Valley Advisors Inc hingga kini transaksinya belum jelas jadi memberikan sentimen negatif. Apalagi semenjak aksi korporasi grup Rajawali untuk pelepasan saham PT Eagle Plantation Tbk (BWPT) dinilai diragukan.

"Akuisisi saham PT Express Transindo Utama Tbk oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk positif untuk saham TAXI. Akan tetapi karena belum pasti jadi  sehingga buat saham PT Express Transindo Utama Tbk jadi turun. Ekonomi sedang kurang baik perusahaan pasti menahan diri untuk ekspansi, " ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com.

Hans pun memberikan rekomendasi wait and see hingga ada penjelasan soal akuisisi saham PT Express Transindo Utama Tbk oleh grup Saratoga. Saat dikonfirmasi mengenai kabar terakhir akusisi saham TAXI oleh grup Saratoga, Managing Director PT Rajawali Corpora Darjoto Setyawan belum membalas pesan singkat yang disampaikan Liputan6.com.

Seperti diketahui, PT Rajawali Corpora selaku pemegang saham pengendali Perseroan dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, PT Mitra Pinastika Mustika Tbk dan Golden Valley Advisors Inc telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat pada 6 Juli 2015. Para pembeli setuju untuk membeli 1,09 miliar saham Perseroan yang dimiliki oleh PT Rajawali Corpora.

Penyelesaian transaksi itu diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 90 hari namun akan tergantung pada dipenuhinya beberapa syarat pendahuluan oleh para pihak dari perjanjian tersebut.Seperti diketahui, pemegang saham perseroan hingga 31 Agustus 2015 antara lain PT Rajawali Corpora sebesar 51 persen dan publik kurang dari lima persen mencapai 49 persen. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya