Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan seiring data menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja AS pada Juni lebih cepat dari prediksi.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 250,86 poin atau 1,4 persen menjadi 18.146,74. Indeks saham S&P 500 mendaki 32 poin atau 1,53 persen ke level 2.129,9. Indeks saham Nasdaq menguat 79,95 poin atau 1,64 persen ke level 4.956,76.
Penguatan bursa saham AS ini didorong dari data tenaga kerja AS. Berdasarkan departeman tenaga kerja AS, jumlah tenaga kerja AS bertambah 287 ribu pada bulan lalu. Angka ini di atas rata-rata prediksi di kisaran 175 ribu. Penambahan jumlah tenaga kerja itu tertinggi dalam delapan bulan.
Akan tetapi, sentimen tersebut menghapus harapan bank sentral AS/the Federal Reserve akan memangkas suku bunga.
Baca Juga
"Laporan ini meredakan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi. Hal itu sudah membebani investor," ujar Quincy Krosby, Market Strategist Prudential Financial seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (9/7/2016).
Selama sepekan, indeks saham utama telah naik lebih dari satu persen. Sementara itu, bursa saham Eropa melonjak usai rilis data. Indeks saham Jerman naik 2,24 persen. Indeks saham FTSEuroFirst 300 menguat 1,49 persen. Indeks saham MSCI global naik 1,03 persen.
Harga minyak menguat lebih dari satu persen usai rilis data tenaga kerja yang menguat. Namun pasokan minyak berlebih menjadi fokus usai data menunjukkan rig minyak AS naik menjadi 10 dalam pekan ini.
Harga minyak Brent pun naik 0,5 persen menjadi US$ 46,64 per barel. Harga minyak AS menguat tipis 0,2 persen menjadi US$ 45,24.
Di sisi lain, rilis data tenaga kerja AS gagal untuk mempertahankan harapan jangka panjang kalau bank sentral AS/the Federal Reserve akan tetap mempertahankan suku bunga. Investor pun membeli surat utang AS dengan jangka tempo lebih lama. Imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun menjadi 1,361 persen.
Analis juga melihat kalau investor lebih memilih surat utang pemerintah AS yang menawarkan imbal hasil tinggi ketimbang Inggris, Jepang, dan Jerman. (Ahm/Ndw)
Advertisement
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.