Kekhawatiran Brexit Reda, Bursa Berjangka AS Menguat Tipis

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa mereda sehingga angkat bursa saham berjangka AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jul 2016, 04:30 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2016, 04:30 WIB
Ilustrasi Wall Street
Ilustrasi Wall Street

Liputan6.com, New York - Bursa saham berjangka Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan awal pekan ini seiring kekhawatiran terhadap Britain Exit (Brexit) atau Inggris keluar dari Uni Eropa mereda. Pelaku pasar pun fokus terhadap stimulus moneter dari sejumlah bank sentral global.

Volume perdagangan saham pun cenderung tipis pada perdagangan berjangka seiring bursa saham AS libur untuk memperingati liburan kemerdekaan pada 4 Juli 2016. Namun, perdagangan bursa saham berjangka, minyak dan logam mulia masih buka meski tutup lebih awal.

Indeks saham Dow Jones naik 13 poin atau 0,1 persen menjadi 17.897. Sementara itu, indeks saham S&P 500 menguat 2,7 poin atau 0,1 persen ke level 2.099. Indeks saham Nasdaq menguat 3 poin atau 0,1 persen ke level 4.436,75. Penguatan indeks saham yang tipis ini lantaran indeks saham telah reli pada pekan lalu.

"Keluarnya keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa dalam referendum telah menciptakan volatilitas perdagangan saham. Meski ketidakpastian sudah terbatas namun masih terus membayangi untuk selanjutnya. Citi memperkirakan ekonomi global tumbuh moderat pada 2017," tulis riset analis Citigroup seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (5/7/2016).

Hasil referendum Inggris telah mendorong bursa saham AS merosot tajam pada 24 Juni 2016. Namun, bursa saham AS mulai reli pada pekan lalu seiring kekhawatiran pelaku pasar terhadap brexit mereda.

Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa/Brexit pun membuat bank sentral Eropa dan bank sentral Inggris akan mendorong lebih banyak likuiditas. Bank sentral Inggris akan melakukan pertemuan pada Kamis, dan investor mengharapkan ada pemangkasan suku bunga atau stimulus ekonomi lainnya.

Di sisi lain bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserves diharapkan menunda kenaikan suku bunga. (Ahm/Ndw)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya