2 Faktor Ini Bikin IHSG Tertekan ke Level 5.133

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 81,70 poin ke level 5.133 pada pukul 09.30 WIB.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Sep 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2016, 10:30 WIB
20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami tekanan dalam dua hari perdagangan saham. Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga memberikan ketidakpastian dan realisasi pengampunan pajak atau tax amnesty membayangi laju IHSG.

Berdasarkan RTI, dalam 30 menit perdagangan hingga pukul 09.30 WIB, IHSG melemah 81,70 poin atau 1,5 persen ke level 5.133,88. Tekanan terhadap IHSG terjadi usai libur panjang. Pada penutupan perdagangan Selasa 13 September 2016, IHSG melemah 1,2 persen ke level 5.215,56.

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan investor domestik lakukan tekanan jual sehingga menekan IHSG pada perdagangan Rabu pekan ini. Tekanan jual yang tinggi telah membebani IHSG dalam dua hari perdagangan, menurut Aditya hal itu membuat level 5.150 secara teknikal kuat kembali tembus.

Ia menuturkan, ada sejumlah faktor dominan yang menekan IHSG. Pertama, ketakutan investor terhadap rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga pada September 2016. The Fed akan kembali gelar pertemuan pada 20-21 September 2016.

Kedua, realisasi tax amnesty juga menjadi perhatian pelaku pasar. Ia menuturkan, tax amnesty menjadi daya tahan defisit permodalan negara sehingga pemerintah dapat hemat utang.

"Kalau utang dihemat otomatis maka investment grade Indonesia tetap positif di lembaga rating Indonesia. Selain itu, ada juga ketersediaan dana memenuhi kebutuhan infrastruktur. Kalau begini investor happy, dan capital inflow dapat masuk terus ke pasar kita. Sebaliknya kalau tidak berhasil pemerintah terbitkan utang lagi dan itu tidak sehat untuk negara," jelas Aditya.

Selain itu, Aditya menilai saat ini IHSG baru merespons dari tekanan bursa global yang terjadi sejak Jumat pekan lalu.

"Indeks Dow Jones cukup tertekan pada Jumat pekan lalu, dan pasar modal kita libur pada Senin, dan baru terasa pada Selasa dan perdagangan hari ini. Saat ini regional dan global juga alami tekanan sehingga mendorong aksi jual," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (14/9/2016).

Lebih lanjut ia menuturkan, bila tekanan IHSG mencapai 1 persen dalam 3-4 hari perdagangan maka ketidakpastian di pasar saham masih besar. "Level IHSG di kisaran 5.100 pada September maka koreksi masih sekat tepai kalau sudah di bawah 5.00 maka tidak kondusif lagi, dan tidak ada sentimen positif," ujar dia.

Dengan kondisi sekarang, Aditya menuturkan, investor waspada terhadap tekanan IHSG. "Saat ini waspada untuk timing trading. Wait and see jangan masuk dulu," kata dia.

Aditya pun memperkirakan, IHSG akan bertahan di kisaran 5.100 hingga penutupan perdagangan saam Rabu pekan ini."Tekanan jual investor asing masih sekitar Rp 50 miliar, IHSG akan gerak di 5.135-5.150. Waspadai kalau sudah di bawah 5.100," tutur dia.

Sementara itu, Analis PT BNI Securities Thennesia Debora menuturkan, pengaruh global terhadap pergerakan IHSG masih dominan seiring belum ada katalis positif baik dari global maupun domestik yang bisa menopang pergerakan IHSG.

"Ketidakpastian apakah the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada September masih menjadi tanda tanya bagi investor dalam menentukan sikap," ujar Thennesia dalam risetnya.

Ia menuturkan, pihaknya memperkirakan IHSG lanjutkan pelemahan hingga ke level 5.195. "IHSG akan bergerak di kisaran 5.165-5.265," ujar dia. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya