Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia beringsut ke posisi tertinggi dalam 19 bulan pada pembukaan perdagangan di hari ini. Pasar dibayangi potensi penguatan dolar, imbal hasil obligasi dan Wall Street yang terangkat rencana pemberian stimulus ekonomi Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Reuters, Selasa (14/2/2017), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen. Sementara indeks Nikkei Jepang menguat 0,1 persen.
Pasar dibayangi penguatan Dolar yang terpicu spekulasi Jika Gubernur Federal Reserve (the Fed) Janet Yellen akan menyampaikan kemungkinan kenaikan suku AS lebih lanjut di hadapan kongres pada Selasa.
Advertisement
Tom Porcelli, Kepala Ekonom AS dari RBC Capital Markets mempercayai jika Yellen akan menguraikan kemungkinan kenaikan suku bunga sebanyak tiga tingkat pada tahun ini.
Baca Juga
"Mengingat ketidakpastian waktu terkait agenda fiskal dan kondisi inflasi sejauh ini, kami pikir itu akan sulit bagi mereka untuk mendapatkan dukungan anggota perihal kenaikan suku bunga pada Maret," kata Porcelli.
Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang mendekati posisi tertinggi sejak 20 Januari. Sementara Euro turun untuk sesi keempat berturut-turut di posisi US$ 1,0597 per Euro.
Dolar mencetak kenaikan dalam dua minggu atas yen, menyusul laporan jika pertemuan antara Trump dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di akhir pekan lalu, sama sekali tidak membahas soal mata uang kedua negara.
Sebelumnya, indeks ekuitas Amerika Serikat (AS) mencetak rekor tertinggi, dengan nilai pasar pada S&P 500 mencapai US$ 20 triliun. Ini terpicu investor yang berspekulasi jika pemotongan pajak yang dijanjikan Presiden Donald Trump akan meningkatkan perekonomian AS.
Sebelumnya, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,7 persen menjadi berakhir 20.412,16 poin, sementara S&P 500 menguat 0,52 persen menjadi 2.328,25 poin dan Nasdaq Composite bertambah 0,52 persen menjadi 5.763,96 poin.
Adapun indeks keuangan S & P 500 melonjak 1,1 persen. Kenaikan saham salah satunya terjadi pada Citigroup yang naik 2,3 persen. Kenaikan juga terjadi pada sektor industri sebesar 1 persen. Dua sektor ini yang terlihat mendapatkan banyak keuntungan dari kebijakan Trump.