Jurus Mandiri Sekuritas Dukung Pembiayaan Infrastruktur

Mandiri Sekuritas telah memperkenalkan tiga inovasi pendanaan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 02 Nov 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 17:30 WIB
Ditinggal Mudik Pekerja, Pembangunan Infrastruktur Dihentikan Sementara
Suasana sepi terlihat di proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek lintas pelayanan dua rute Cawang-Dukuh Atas di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (18/6). Seluruh proyek infrastruktur masih ditinggal mudik para pekerja. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pasar modal yang sangat dinamis serta persaingan di industri yang semakin ketat membuka peluang bagi PT Mandiri Sekuritas untuk dapat melakukan berbagai upaya strategis agar mampu menjaga kinerja bisnisnya. Selain itu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.

Dengan kondisi yang demikian, Mandiri Sekuritas berupaya untuk merumuskan berbagai strategi inovatif yang diharapkan mampu menopang pertumbuhan bisnis perusahaan.

Pada 2018, Mandiri Sekuritas kembali menghadirkan inovasi alternatif pendanaan guna mendukung akselerasi pembangunan infrastruktur nasional.

Mandiri Sekuritas bersama-sama dengan Mandiri Manajemen Investasi (MMI) memperkenalkan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastrukur (KIK-DINFRA).

Selain itu, Mandiri Sekuritas dan MMI juga berinovasi menghadirkan instrumen Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) bersifat ekuitas untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

Sebelumnya, Mandiri Sekuritas telah memperkenalkan tiga inovasi pendanaan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Ketiga instrumen tersebut adalah sekuritisasi aset, obligasi berbasis proyek (project bond), serta dua penerbitan global IDR bonds atau yang dikenal dengan komodo bonds.

Perusahaan di bidang infrastruktur dapat memanfaatkan instrumen-instrumen ini sebagai alternatif sumber pendanaan yang efektif dengan risiko yang terukur.

"Inovasi-inovasi ini diharapkan dapat menjadi core business tambahan Mandiri Sekuritas, serta mampu memberikan kontribusi yang positif bagi kinerja Perusahaan. Secara khusus, inovasi yang dihadirkqn semakin memperkuat posisi Mandiri Group sebagai institusi finansial terbesar sekaligus pionir dalam menghadirkan solusi pendanaan terlengkap di Indonesia,” kata Silvano, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (2/11/2018).

 

Bangun Infrastruktur, RI Butuh Investasi USD 1,23 Triliun hingga 2030

Ditinggal Mudik Pekerja, Pembangunan Infrastruktur Dihentikan Sementara
Pemandangan proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek lintas pelayanan dua rute Cawang-Dukuh Atas di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (18/6). Diperkirakan pengerjaan proyek akan kembali dimulai usai libur cuti bersama Lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Indonesia membutuhkan dana investasi hingga USD 1,23 triliun di sektor infrastruktur. Hal ini sebagai salah satunya penunjang pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, dengan kebutuhan dana investasi sebesar itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mampu mencapai angka 6,5 persen.

"Indonesia perlu berinvestasi sekitar USD 1,23 triliun di infrastruktur hingga 2030 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar dia dalam Indonesia Investment Forum 2018 di Bali, Rabu 10 Oktober 2018.

Namun menurut Kartika, kebutuhan dana ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan China dan India untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Sebab, China membutuhkan investasi sekitar USD 16,5 triliun untuk bisa tumbuh 6,6 persen dan India butuh USD 5,5 triliun agar ekonominya tumbuh 7,8 persen.

Untuk mendanai investasi infrastruktur tersebut, lanjut dia, tidak bisa hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan kebutuhan investasi sebesar, maka dibutuhkan peran swasta untuk membantu membiayainya.

Kartika mengungkapkan, per Juni 2018, Bank Mandiri sendiri telah mengalokasikan 23,4 persen dari total pinjamannya untuk sektor infrastruktur. "Rinciannya, total limit Rp 225,3 triliun, total ending balance Rp 165,8 triliun. Naik 23 persen yoy," kata dia.

Alokasi pinjaman tersebut dikucurkan untuk pembangunan jalan Rp 10,6 triliun, transportasi Rp 39,3 triliun, migas Rp 24,1 triliun, kelistrikan Rp 36,8 triliun, teknologi Rp 17,5 triliun, perumahan Rp 9,5 triliun, konstruksi Rp 18,3 triliun dan lain-lain Rp 9,6 triliun.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya