Alasan Adhi Karya Bangun Jalur LRT Elevated

Kontraktor proyek LRT yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk angkat bicara soal pembangunan jalur LRT elevated

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Jan 2019, 15:09 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2019, 15:09 WIB
Ditinggal Mudik Pekerja, Pembangunan Infrastruktur Dihentikan Sementara
Suasana sepi terlihat di proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek lintas pelayanan dua rute Cawang-Dukuh Atas di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (18/6). Seluruh proyek infrastruktur masih ditinggal mudik para pekerja. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menyebut pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek kurang efektif lantaran dibangun bersebelahan dengan jalan tol.

Ia juga menyinggung biaya proyek LRT terlalu mahal yaitu Rp 500 miliar per km. Kontraktor proyek yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk menanggapi mengapa LRT Jabodebek perlu dibangun melayang (elevated) atau bersebelahan dengan tol.

Beberapa pertimbangan antara lain terkait integrasi moda dan juga biaya. "Pak JK mengatakan bahwa transportasi masal minimal berjarak 100 km. Panjang total LRT Jabodebek hanya 44,3 km, sehingga integrasi dengan moda lain supaya bisa mencapai 100 km menjadi penting. Sehingga kita mempunyai banyak titik pertemuan dengan moda lain," tutur Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Dia menambahkan, pertimbangan lain Perseroan ialah menghindari perlintasan sebidang jalan. Perusahaan mengaku memikirkan matang terkait hal tersebut.

"Mengenai masalah elevated non elevated ini butuh kajian mendalam. Jakarta merupakan kota berkembang tapi transportasi massalnya tertinggal dari kota itu sendiri. Jadi kalau kita lihat dari infrastructure transportasi, opsi yang diambil adalah elevated," ujar dia.

Adapun persoalan terakhir yang menjadi pertimbangan PT Adhi Karya Tbk adalah biaya atau dari nilai investasi yang diraih ke depannya.

"Dan jangan lupa ini berbeda dengan jalan tol, untuk kereta kita tidak membangun jalan saja. Tapi kita juga bangun sistem dan menyiapkan lokasi workshop. Untuk menyimpan dan maintenance jangka pendek dan menengah. Itu dinamakan depo. Depo untuk LRT 12 hektar dan ini tidak ada panjangnya," ujar dia.

 

Perkembangan Pembangunan LRT

Proyek Infrastruktur Terdampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Jajaran tiang beton proyek LRT di Jakarta, Kamis (6/9). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak terhadap proyek infrastruktur. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, perkembangan pembangunan proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek Tahap I telah mencapai Rp 56,41 persen. Progres ini naik sebesar 0,51 persen dibanding pada akhir 2018.

"Progresnya itu semua sudah 56,41 persen. Itu terdiri dari Cawang-Cibubur 76,21 persen, kemudian Cawang-Dukuh Atas 44,19 persen dan Cawang-Bekasi Timur 51,06 persen. Jadi total sudah 56,41 persen," ucap Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin 14 Januari 2019.

Seperti diketahui, Proyek LRT Jabodebek tahap I ini meliputi Bekasi Timur - Cawang, Cibubur - Cawang, dan Cawang - Dukuh Atas. Adapun Perseroan hingga kini masih menghadapi beberapa persoalan terkait pembebasan lahan di daerah Bekasi Timur.

"Jadi ada 2 critical area yang kami perlu selesaikan. Pertama pembebasan tanah di Bekasi Timur. Kedua penetapan trase di stasiun Duku Atas yang sepengetahuan saya sudah menunjukan titik terang setelah adanya ratas kemarin di istana," ujarnya.

Dia menambahkan, proyek strategis nasional (PSN) ini paling cepat dapat beroperasi pada akhir 2020.

"Sehingga komersialnya LRT itu either di akhir 2020 atau pertengahan 2021. Karena kita ada testing dari commissioning untuk pastikan kereta ini aman. Jadi kita akan lakukan uji coba minimum 3 bulan," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya