BEI Berpotensi Revisi Transaksi Harian Saham Jadi Rp 11 Triliun

Percepatan penyelesaian transaksi saham jadi T+2 mendorong kenaikan transaksi harian saham.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 08 Feb 2019, 13:48 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 13:48 WIB
20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi mengaku optimistis nilai transaksi harian saham akan meningkat pasca penerapan percepatan penyelesaian transaksi dari tiga hari (t+3) menjadi dua hari (t+2) di bursa saham.

Lantaran, nilai transaksi harian saham naik menjadi rata-rata Rp 10 triliun. Sedangkan pada 2019, BEI menargetkan nilai transaksi harian mencapai Rp 9 triliun.

"Kita sudah disetujui ya untuk (target) itu, jadi mungkin nanti di saat kita ingin mengubah kalau sekiranya nanti ada di atas terus kita ubah saat revisi. Kita cukup optimis begitu saat kita T+2, kita akan naik dari segi jumlah maupun segi frekuensinya," ujar dia di Gedung BEI, Jumat (8/2/2019).

Dia menambahkan, jika dimungkinkan untuk merevisi target transaksi, akan dilakukan sekitar September-Oktober. Namun, BEI menekankan akan fokus untuk mendorong jumlah produk investasi terlebih dahulu pada 2019.

"Untuk revisi biasanya September-Oktober. Tapi kita berusaha untuk meningkatkan Sekolah Pasar Modal dulu, ini juga cara kita untuk mensosialisasikan, jadi masih banyak inisiatif kita yang perlu pembiayaan. Terutama penambahan-penambahan produk tahun ini segala macam," ujar dia.

Dia menuturkan, pihaknya kini masih akan mengamati terlebih dahulu potensi kenaikan transaksi harian saham sepanjang tahun ini.

"Potensi target nilai transaksi kalau pada saat perkembangannya naik ke atas jauh ya tentunya kita akan merevisi jadi Rp 10,5 atau Rp 11 triliun. Tapi targetnya berapa kita enggak bisa ngomong," pungkasnya.

Mengutip data BEI per Kamis 7 Februari 2019, rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 10,51 triliun. Volume perdagangan saham 13,37 miliar saham. Total frekuensi perdagangan saham harian 460.708 kali. Kapitalisasi pasar saham tercatat Rp 7.428 triliun.

 

BEI Terapkan Sistem Penyederhanaan Pembukaan Rekening pada Kuartal II 2019

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan dapat menerapkan sistem simplifikasi pembukaan rekening efek untuk menambah jumlah investor di pasar modal pada kuartal II 2019. Dengan simplikasi itu, nantinya pembukaan rekening efek ditargetkan dapat dilakukan dalam waktu hanya satu hari saja.

Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI Fithri Hadi mengungkapkan, selama ini proses pembukaan untuk rekening efek dapat memakan waktu yang sangat lama, bahkan bisa menghabiskan waktu 2 minggu atau 14 hari. Sebab itu, otoritas bursa terus menggodok proses realisasi untuk pembukaan rekening efek agar semakin mudah ke depannya.

"Simplifikasi nanti buka rekening bisa pakai internet, selfie dengan face recognition. Sekarang masih piloting, OJK mau lihat dulu," ucapnya di Gedung BEI, Kamis 24 Januari 2019.

Dia menjelaskan, manajemen BEI kini tengah mematangkan proses simplifikasi efek agar nantinya bisa dibuka hanya melalui ponsel pintar (smartphone). Sistem simplifikasi efek kedepannya dapat diadopsi oleh perusahaan-perusahaan efek.

"OJK sudah drafting. Kita siapkan juga cloud systemnya. Jadi nanti kita dorong juga para anggota bursa (AB)," imbuhnya.

Adapun untuk penerapan simplifikasi pembukaan rekening efek, lanjut dia, BEI menargetkan dapat merealisasikanya pada tahun ini di kuartal II.

"Mudah-mudahan kuartal-II tahun ini karena bottle neck di kita itu di pembukaan rekeningnya. Orang masih malas. Kalau di daerah itu butuh waktu 14 hari. Itu agak susah," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya