Berkompetisi di BEI, Saham Bali United Kena Auto Reject

Saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk yang mengelola klub sepak bola Bali United (BOLA) melonjak pada pencatatan perdana.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jun 2019, 12:46 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 12:46 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk yang mengelola klub sepak bola Bali United (BOLA) melonjak pada pencatatan perdana, Senin (17/6/2019). Saham Bali United bahkan kena auto rejection.

Saham BOLA menguat tersebut terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah. IHSG melemah 19,14 poin atau 0,31 persen ke posisi 6.230,85 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin pekan ini.

Mengutip data RTI, saham BOLA ditransaksikan naik 69,14 persen ke posisi Rp 296. Saham BOLA sempat berada di level tertinggi Rp 296 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 63 kali dengan nilai transaksi Rp 627,8 juta.

Kenaikan tajam tersebut membuat saham BOLA kena auto rejection. Mengutip laman Bursa Efek Indonesia (BEI), penerapan auto rejection terhadap harga di atas untuk perdagangan saham hasil penawaran umum pertama kalinya diperdagangkan di bursa untuk perdagangan perdana ditetapkan dua kali dari persentase batasan auto rejection harga.

Harga saham rentang Rp 50-Rp 200 untuk batasan auto rejectionnya >35 persen atau<35 persen. Auto rejection merupakan pembatasan maksimum dan minimum untuk kenaikan dan penurunan harga suatu saham di BEI.

PT Bali Bintang Sejahtera Tbk menawarkan dua miliar saham ke publik dalam rangka penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Harga saham IPO yang ditawarkan Rp 175 per saham. Total dana yang diraup Bali United dari IPO Rp 350 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Klub Sepak Bola Pertama yang Catatkan Saham di BEI

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, pasar modal Indonesia akan kedatangan emiten klub sepak bola yang pertama mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Bali United.

Klub sepak bola, Bali United di bawah PT Bali Bintang Sejahtera Tbk catatkan saham perdana dengan kode emiten BOLA pada Senin (17/6/2019) di papan pengembangan.  Dengan pencatatan saham ini, Bali United menjadi emiten baru ke-14 sepanjang tahun berjalan 2019. Demikian mengutip laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jumlah saham yang dicatatkan 6 miliar saham yang terdiri dari saham pendiri sebesar empat miliar saham dan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar dua miliar saham.

Perseroan menetapkan harga saham IPO Rp 175 dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Total dana yang diraup dari IPO sekitar Rp 350 miliar.Sebelumnya perseroan menyatakan dana hasil IPO digunakan untuk perbaikan stadion, anak usaha dan lainnya.

Perseroan telah melakukan masa penawaran umum pada 10-12 Juni 2019, penjatahan pada 13 Juni 2019, pengembalian uang pemesanan dan distribusi saham secara elektronik pada 14  Juni 2019. Adapun yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Kresna Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas.

Perseroan gelar gerai penawaran umum saham di Denpasar, Bali. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pendukung dan fans Bali United yang sebagian besar berdomisili di Bali untuk ikut investasi saham Bali United.

 

Saham Bali United Melambung 69 Persen

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) perusahaan yang mengelola klub sepak bola Bali United resmi dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/6/2019).

Perseroan merupakan emiten bola pertama yang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Asia Tenggara sekaligus menjadi emiten ke-14 yang melantai di BEI pada 2019.

Direktur Utama PT BEI, Inarno Djajadi mengatakan, aksi IPO merupakan prestasi dan langkah perusahaan untuk menjadi lebih profesional dengan menjadi perusahaan terbuka.

"IPO merupakan sarana untuk menggalang dana yang bersumber di masyarakat. Perusahaan publik juga dipandang lebih profesional. Kami berharap, perusahaan dapat terus meneruskan good corporate governance (GCG) yang baik. Ini klub pertama di ASEAN yang melepas sahamnya ke publik," tutur dia di Gedung BEI, Senin, 17 Juni 2019.

Pada pencatatan perdana ini, saham BOLA naik 69,14 persen atau 121 poin ke level Rp296. Saham BOLA ditransaksikan sebanyak 20 kali dengan volume sebanyak 1.295 lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp 38,33 juta.

CEO Bali United, Yabes Tanuri mengungkapkan, melantainya perusahaan di pasar modal sejalan dengan tujuan Perseroan menjadi klub sepakbola yang terus berinovasi.

"Dengan dilepasnya saham Bali United untuk umum, akan semakin banyak pihak yang mendukung tercapainya visi dan misi Bali United untuk meraih sukses yang berkelanjutan. Tentu saja para supporter akan berperan lebih aktif dalam memperbesar dampak Bali United," ujarnya.

Adapun Perseroan melepas sebanyak 2 miliar saham atau setara dengan 33,33 persen pada harga penawaran perdana yang ditetapkan sebesar Rp 175 per lembar saham. Total dana yang diraup dari IPO sebesar Rp 350 miliar.

"Perolehan dana IPO akan digunakan Perseroan untuk investasi, memperkuat struktur permodalan di entitas anak, dan sisanya akan digunakan untuk modal kerja," kata dia.

Dalam aksi korporasi ini, BOLA menunjuk PT Kresna Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai perusahaan penjamin pelaksana emisi efek (underwriter). 

Antusiasme masyarakat Bali, terutama fans dan supporter sangat besar, sejak masa penawaran hari ke-2 sudah oversubscribed. Komposisi investor ritel sendiri sebanyak 41 persen dan investor institusi sebanyak 59 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya