Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan realisasi vaksinasi COVID-19 di tanah air, sejumlah saham emiten farmasi cukup menjadi perhatian. Sebut saja PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Mengutip data RTI, selama 2020, saham INAF sudah naik 363,22 persen ke posisi Rp 4.030 per saham. Transaksi saham Rp 4,3 triliun dan total frekuensi 734.926 kali.
Sementara itu, saham KAEF melonjak 240 persen ke posisi Rp 4.250 per saham. Nilai transaksi Rp 14,2 triliun.Namun, sejak 13 Januari 2021, saham INAF dan KAEF mencatatkan penurunan.
Advertisement
Baca Juga
Pada 15 Januari 2021, saham INAF merosot 6,61 persen ke posisi Rp 5.650 per saham. Nilai transaksi Rp 8,6 miliar. Saham KAEF susut 6,61 persen ke posisi Rp 5.650 per saham dengan nilai transaksi Rp 44,5 miliar.Koreksi tersebut pun berlanjut pada Senin, 18 Januari 2021.
Saham INAF turun 6,64 persen ke posisi Rp 5.275 per saham dengan nilai transaksi Rp 5,1 miliar. Saham KAEF merosot 6,64 persen ke posisi Rp 5.527 per saham dengan nilai transaksi Rp 40,1 miliar.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma menilai, fluktuasi harga saham emiten farmasi ini merujuk pada valuasi yang memang sudah tidak lagi murah. Sementara kenaikan sebelumnya lebih dipengaruhi sentimen pemberitaan vaksinasi.
“Kenaikan sebelumnya banyak didorong oleh euforia pasar. Khususnya investor ritel,” ujar di kepada Liputan6.com, Senin (18/1/2021).
Sebelumnya, Head Of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan, industri farmasi berada di level 25,08 kali Price Earning to Ratio (PER). Sedangkan earning yield annualize-nya sebesar 4,16 persen dan Current Price To Book value (PBV) sebesar 3,70 kali.
Sementara, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan meroketnya saham farmasi ini merupakan respons pasar atas pemberitaan soal vaksinasi covid-19. Ke depan, Reza menilai fluktuasi saham emiten farmasi ini akan tergantung dengan pemberitaan yang akan muncul.
“Untuk short term, selama masih ada pemberitaan terkait dengan vaksin dan sebagainya, maka dapat dimanfaatkan untuk trading,” kata dia. Adapun untuk jangka panjangnya, Reza mengatakan harus melihat lagi strategi dan realisasi dari manajemen, serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan perseroan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham Emiten Farmasi pada 18 Januari 2021
Adapun saham-saham farmasi masih lanjutkan pelemahan pada awal pekan ini, antara lain:1.Saham PT Soho Global Health Tbk (SOHO)
Saham SOHO melemah 6,9 persen ke posisi Rp 6.750 per saham. Nilai transaksi Rp 1,9 miliar.
2.PT Phapros Tbk (PEHA)
Saham PEHA melemah 6,81 persen ke posisi Rp 1.985 per saham. Nilai transaksi Rp 405 juta.
3.PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)
Saham TSPC merosot 6,78 persen ke posisi Rp 1.650 per saham. Nilai transaksi saham Rp 16 miliar.4.PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA)
Saham IRRA melemah 6,69 persen ke posisi Rp 2.790 per saham. Nilai transaksi Rp 3,6 miliar.
5.PT Pyridam Farma Tbk (PYFA)
Saham PYFA merosot 6,67 persen ke posisi Rp 1.120 per saham. Nilai transaksi Rp 1,6 miliar.
6.PT Indofarma Tbk (INAF)
Saham INAF merosot 6,64 persen ke posisi Rp 5.275 per saham. Nilai transaksi Rp 5,1 miliar.
7.PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Saham KAEF tergelincir 6,64 persen ke posisi Rp 5.527 per saham. Nilai transaksi Rp 40,1 miliar.
Advertisement