Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Maret 2021 masih akan dipengaruhi oleh perkembangan penemuan vaksin COVID-19.
Selain itu, Head Of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi menyebutkan sentimen lainnya, yakni penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sebelumnya suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Selain itu, pertumbuhan inflasi Maret dan laporan keuangan emiten pada 2020 juga membayangi IHSG.
Dari luar negeri, IHSG akan lebih banyak dipengaruhi oleh rencana stimulus yang akan digelontorkan Amerika Serikat (AS). Presiden Amerika Serikat Joe Biden usulkan stimulus USD 1,9 triliun.
Advertisement
Baca Juga
"Maret ini investor menanti kebijakan triliunan dollar di AS, Keberhasilan vaksinasi global dan Indonesia, Dampak penurunan suku bunga BI rate pada pertumbuhan inflasi di bulan Maret, dan laporan keuangan emiten full year 2020,” ujar Lanjar kepada Liputan6.com, Senin (1/3/2021).
Lanjar menyebutkan investor untuk mencermati sentimen global, terutama volatilitas obligasi akibat pertumbuhan inflasi AS yang tinggi. Untuk diketahui, yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury dengan tenor 10 tahun terpantau berada di posisi 1,415 persen.
Pada situasi ini, Lanjar menyarankan investor agar memperhatikan manajemen risiko pada investasi jangka pendek hingga menengah. "Tetap perhatikan manajemen risiko bagi investasi jangka pendek hingga menengah,” kata dia.
Sebelumnya laju IHSG menguat 6,36 persen ke posisi 6.241 sepanjang Februari 2021.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada 1 Maret 2021
Sebelumnya, awal Maret 2021, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perkasa. Hal itu didukung dari aksi beli investor asing dan sejumlah data ekonomi global seperti rilis data manufaktur.
Mengutip data RTI pada Senin, (1/3/2021), IHSG menguat 1,55 persen atau 96,71 poin ke posisi 6.338,51. Indeks saham LQ45 menguat 2,43 persen, dan kalahkan IHSG. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Pada awal pekan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.339 dan terendah 6.261. Sebanyak 309 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 161 saham melemah dan 167 saham di tempat. Total frekuensi perdagangan saham 1.358.493 kali dengan volume perdagangan saham 24,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14 triliun. Investor asing beli saham Rp 115,96 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.3030.
Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham barang konsumsi turun 0,26 persen. Sektor saham konstruksi pimpin penguatan dengan naik 3,39 persen. Diikuti sektor saham aneka industri mendaki 3,06 persen dan sektor saham keuangan menguat 3,03 persen.
Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar atau top gainers antara lain saham ERTX melonjak 34,86 persen, saham INCP mendaki 34,74 persen, saham BKSW melonjak 34,48 persen, saham GWSA melonjak 34,40 persen.
Saham-saham yang melemah tajam atau top losers antara lain saham PLAN turun 9,09 persen, saham WIIM merosot 6,99 persen, saham EDGE tergelincir 6,98 persen, saham DAYA susut 6,94 persen, dan saham GLOB melemah 6,92 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBCA sebesar Rp 614,5 miliar, saham BMRI sebesar Rp 62,8 miliar, saham BBNI sebesar Rp 28,8 miliar, saham BBRI sebesar Rp 22,8 miliar dan saham KLBF sebesar Rp 15,7 miliar.
Sedangkan saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham ASII sebesar Rp 212,7 miliar, saham TOWR sebesar Rp 65,8 miliar, saham CTRA sebesar Rp 44,1 miliar, dan saham ADRO sebesar Rp 37,1 miliar.
Bursa saham Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 1,63 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 2,4 persen, dan pimpin penguatan. Indeks saham Thailand mendaki 0,52 persen, indeks saham Shanghai menguat 1,21 persen dan indeks saham Singapura menanjak 0,97 persen.
Advertisement