Saham ASII dan TLKM Bakal Tersengat Sentimen GoTo

Head of Research PT MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menuturkan, ada dua saham emiten yang dapat dicermati imbas merger GoTo.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 01 Jul 2021, 22:28 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2021, 22:27 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Resmi bergabung dan membentuk grup GoTo, Gojek dan Tokopedia menarik perhatian. Setelah merger, GoTo juga akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini nyatanya juga berpengaruh pada investor keduanya.  

"GoTo target market cap post-IPO itu USD 35 sampai 40 miliar. Kalau secara rupiah itu mencapai Rp 420-560 triliun," kata Head of Research PT MNC Sekuritas Thendra Crisnanda, Kamis (1/7/2021).

Dalam pemaparannya, Thendra menyebut terdapat dua emiten yang bisa dicermati akibat mergernya kedua perusahaan, yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

"Telkom dengan investasi di Gojek sebesar USD 450 juta hingga 2020, sedangkan Astra Internasional USD 250 juta pada 2018," ujarnya.

Lalu kenapa kedua saham ini menarik? Thendra menyebut, Astra memiliki saham 4,13 persen saham di Gojek. Saat investasi nilai perusahaan yang identik dengan warna hijau tersebut hanya USD 3-5 miliar.

"Artinya dengan ada IPO GoTo nilainya meningkat 8-10 kali lipat di mana kalau dihitung secara kasar, sudah hampir USD 2 miliar market cap Astra. Jadi setara dengan 10 persen laba bersih Astra setiap tahun," tuturnya.

Khusus Telkom, Thendra juga menegaskan bila perusahaan BUMN tersebut memiliki prospek yang cukup bagus karena pertumbuhan data yang terjadi di Indonesia tak terlepas dari layanan operator.

"Tren di 2017-2020 sangat signifikan peningkatannya. Ini menarik diperhatikan. Selain Telkom emiten pendukung seperti TOWR juga akan diuntungkan. Selain Gojek dan pertumbuhan fundamental mereka sendiri, juga ada pertumbhan data center. Telkom menjadi data center terbesar di Indonesia," katanya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sektor Saham Teknologi Melambung

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, sektor teknologi menjadi salah satu sektor yang meningkat tajam pada 2021. Dalam data yang dibagikan, MNC Sekuritas mencatat return untuk sektor ini mencapai 479,81 persen hingga 24 Juni 2021.

Head of Research PT MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menuturkan, ada pergeseran dari winner ke losser pada awal 2021. Hal ini tak terlepas dari pandemi Covid-19 yang terjadi.

"Memang sektor teknologi ini mengalami return yang luar biasa, sedangkan basic materials dan properti justru menurun. Karena dengan adanya covid digitalisasi ini tak bisa dihindari dan justru bertumbuh lebih cepat lagi," ujar dia, Kamis (1/7/2021).

Tak hanya itu, Thendra juga menyebut sentimen positif di sektor ini ialah kabar emiten yang akan melakukan IPO dalam waktu dekat. Tak terkecuali GoTo.

"Memang bullish sentimen di teknologi terdapat beberapa emiten yang akan melakukan IPO dari sisi unicorn dan decacorn berasal dari Asia Tenggara, salah satunya GoTo dan Bukalapak," ujarnya.

Oleh karena itu, investor sangat tertarik dengan saham teknologi. Dua tahun terakhir, rata-rata top 10 di market cap itu biasanya ditempati oleh perbankan.

"Tetapi dengan masuknya saham-saham teknologi terutama GoTo ini terjadi pergeseran. Estimasi full market capnya ini bisa menempati kedua atau ketiga. Perhatikan juga terkait dengan penerapan free float, ini terlihat sekali saham teknologi menduduki peringkat top 10," tuturnya.

Apabila GoTo benar-benar melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Thendra menegaskan sisi regional kapitalisasi pasar saham teknologi di Indonesia diprediksi mampu berkontribusi hampir 12 persen.

"Saat ini hanya di 4,41 persen. Jadi pertumbuhan ini luar biasa. Di China teknologi 13,7 persen sedangkan kontribusi saham teknologi di Amerika itu 38,18 persen. Jadi ini memang kontribusinya luar biasa sekali,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya