Fitch Solutions: Layanan 5G Makin Berkembang di Asia, 3G Bakal Ditinggalkan

Hingga akhir 2021 diperkirakan terdapat 4,57 miliar jaringan seluler langganan di Asia atau mengalami peningkatan penetrasi sekitar 108 persen.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 03 Jul 2021, 08:16 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2021, 08:15 WIB
4G
Ilustrasi layanan 2G, 3G, hingga 4G,

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan multi-SIM dan multi-perangkat pada sektor telekomunikasi telah berkontribusi di banyak negara berkembang. Hal ini menghadirkan peluang pertumbuhan organik yang kuat.

Seperti dilansir Fitch Solutions, Sabtu (3/7/2021), hingga akhir 2021 diperkirakan terdapat 4,57 miliar jaringan seluler langganan di Asia atau mengalami peningkatan penetrasi sekitar 108 persen. Pada akhir tahun 2030, perkiraan koneksi 5.01bn akan meningkat penetrasi sekitar 111 persen.

Pasar telekomunikasi Asia yang maju terus menjadi ujung tombak penerapan 5G secara regional. Korea Selatan telah memiliki layanan komersial ini pada April 2019, sementara operator China meluncurkan layanan pada Oktober 2019.

Operator di Australia dan Selandia Baru juga telahmeluncurkan layanan terbatas pada 2019. Jepang meluncurkan pada awal 2020, Hong Kong pada April 2020, sementara Taiwan pada Juli 2020.

Singapura adalah pasar utama lainnya yang telah meluncurkan layanan 5G, sehingga operator mulai melayani pelanggan pada Agustus 2020. Operator Vietnam, Viettel, VNPT-VinaPhone, dan MobiFone juga telah meluncurkan layanan 5G nonkomersial (layanan gratis) pada November 2020.

Hal ini diyakini bila 5G tetap menjadi teknologi yang matang untuk dikembangkan pasar, sementara pasar yang kurang berkembang seharusnya fokus pada monetisasi jaringan LTE lebih lanjut.

Pada 2018, 3G mulai mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini tak terlepas dari kanibalisasi layanan 4G. Penurunan akan semakin terjadi ketika jaringan 5G mulai ikut bermain. Kemungkinan besar jaringan 3G akan dimatikan sehingga kunci frekuensi dapat dipindahkan ke teknologi baru.

Operator masih menemukan kasus penggunaan konsumen jangka pendek untuk 5G, dengan akses nirkabel tetap yang muncul sebagai aplikasi utama dari teknologi baru. "Kami melihat 2G mempertahankan pangsa pasar yang layak bahkan hingga akhir 2029," tulis Fitch Solutions.

Hal ini karena operator tetap mempertahankan jaringan lama, terutama di daerah pedesaan, untuk melayani pelanggan dengan nilai lebih rendah.

Khusus 3G, bagaimanapun, akan menurun pada tingkat yang lebih cepat, mengingat layanan suara dasar dilayani oleh 2G, dan data dilayani oleh 4G serta adanya 5G.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menambah Portofolio

Potret Pekerja Pengecekan Jaringan Internet
Teknisi melakukan pengecekan audit data jaringan 3G dan 4G pada tiang monopol di Jalan Diponegoro, Jakarta, Sabtu (24/8/2019). Selama ini, fasilitas internet yang disediakan pemerintah masih didominasi sinyal 3G. (merdeka.com/Imam Buhori)

Konvergensi telah membantu memperlambat penurunan broadband dalam strategi operator.Sebagai peluang migrasi konsumen ke jaringan broadband seluler, kabel canggih di pasar negara maju terus menyusut.

Operator dengan penawaran khusus seluler berusaha menambah portofolio mereka dengan layanan kabel, atau bekerja sama dengan penyedia OTT lainnya untuk meningkatkan daya tarik penawaran.

Diperkirakan akan ada 907.11 juta sambungan kabel dan broadband seluler khusus koneksi pada akhir tahun 2030, setara dengan tingkat penetrasi yang mendekati 19 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya