Jurus Emiten Jaringan Bioskop CGV Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Head of Operation Graha Layar Prima Tbk Diana Abbas menyebut, pihaknya memiliki empat strategi khusus di tengah pandemi COVID-19.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 22 Jul 2021, 19:43 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2021, 19:42 WIB
FOTO: Layanan Sewa Studio Bioskop di Tengah Pandemi COVID-19
Para penonton menyaksikan film di Studio 1 CGV Blitz Bella Terra, Pulomas, Jakarta, Rabu (10/2/2021). Harga sewa studio bioskop yang ditawarkan CGV Indonesia bervariasi sesuai dengan kapasitas studio. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Graha Layar Prima Tbk atau emiten pemilik bioskop CGV mengaku harus mencari cara untuk tetap bertahan.Hal ini seiring sektor usaha yang tak bisa beroperasi maksimal sejak awal pandemi COVID-19.

Head of Operation Graha Layar Prima Tbk Diana Abbas menyebut, pihaknya memiliki empat strategi khusus, salah satunya melakukan perubahan metode kerja dan fokus kepada tingkat higienitas dan kebersiahn diri serta area.

"Selanjutnya kami selalu mengutamakan kesehatan, kebersihan dan higienitas dalam melayani customer," katanya secara virtual, Kamis (22/7/2021).

Tak hanya itu, proses transaksi akan diarahkan menggunakan digital payment atau e-Wallet dan menjalankan protokol umum penanganan COVID-19 bagi customer serta staff.

"Inisiasi ini perlu dilakukan agar tidak membuat cluster penyebaran baru di kota setempat serta sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman kepada customer CGV," ujar Diana.

Selain itu, Arie Hartomo Accounting Manager PT Graha Layar Prima Tbk menyebut bila pihaknya mengalami penurunan pendapatan CAGR hingga 40 persen dan penjualan Admission CAGR hingga 41,07 persen sepanjang 2020.

Tak hanya itu, laba rugi operasi yang dihasilkan juga mencapai 249,30 persen. Untuk pendapatan pada 2020, perusahaan hanya mampu mencapai Rp255,84 juta. Angka tersebut turun dari 2019 sebesar Rp1,41 miliar. Sedangkan laba operasional mengalami kerugian hingga Rp287,83 juta sepanjang tahun lalu.

"Dalam sisi aset kami mengalami peningkatan karena di tahun 2020 adanya penerapan PSAK terbaru yang membuat aset dan liabilitas kami mengalami peningkatan," katanya secara virtual, Kamis (22/7/2021).

Sepanjang 2020 aset yang dimiliki perusahaan sebesar Rp2,43 miliar dari sebelumnya Rp1,91 miliar. Sedangkan liabilitas Rp1,63 miliar dari Rp673,49 juta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Gerak Saham BLTZ

IHSG
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Kamis, 22 Juli 2021, saham BLTZ naik 12,32 persen ke posisi Rp 3.100 per saham. Saham BLTZ naik 40 poin ke posisi Rp 2.800 per saham.

Saham BLTZ berada di level tertinggi Rp 3.100 dan terendah Rp 2.800 per saham. Total frekuensi perdagangan tiga kali dengan nilai transaksi Rp 2,3 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya