BEI Siapkan Notasi Khusus bagi Perusahaan dengan Hak Suara Multiple

BEI masih terus menggodok aturan baru untuk mengakomodasi penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) perusahaan rintisan atau startup.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jul 2021, 22:40 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2021, 22:40 WIB
IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Pengendara sepeda motor melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (10/10/2019). IHSG ditutup melemah 0,09 persen atau 5,52 poin ke level 6.023,64 dari penutupan perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana menyematkan notasi khusus bagi perusahaan dengan Hak Suara Multipel (SHSM) atau Multiple Voting Share (MVS).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hal ini dalam rangka menjaga kepentingan investor.

"Di satu sisi kita berikan kesempatan buat perusahaan untuk rising fund di pasar modal, namun di sisi lain kita tetap kita sematkan notasi khusus bahwa perusahaan ini menerapkan MVS,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn, Rabu (28/7/2021).

"Sehingga dari sisi perusahaan tercatat tetap diberikan kesempatan, sisi lain lagi kepentingan investor tetap kita jaga dengan memberikan notasi khusus," ia menambahkan.

BEI masih terus menggodok aturan baru untuk mengakomodasi penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) perusahaan rintisan atau startup.

Adapun aturan itu akan tertuang dalam Revisi Peraturan Bursa No I-A. Salah satunya dengan menerbitkan aturan terkait  Multiple Voting Share (MVS) atau Hak Suara Multipel (SHSM) bagi.

BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menggodok Rancangan POJK (RPOJK) tentang Penerapan Klasifikasi Saham dengan Hak Suara Multipel (SHSM) oleh emiten atau multiple voting shares (MVS).

Aturan itu termasuk dalam POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel oleh emiten dengan inovasi dan tingkat pertumbuhan tinggi yang melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas.

"Perubahan Peraturan I-A secara prinsip sudah tidak ada hal yang signifikan yang didiskusikan dengan OJK. Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama lagi, Peraturan I-A (rampung),” ungkap Nyoman.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rancangan POJK

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam Rancangan POJK.04/2021, ada setidaknya empat kriteria yang harus dipenuhi emiten untuk melakukan IPO dengan SHSM. Pertama, menggunakan teknologi untuk menciptakan inovasi produk yang meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi serta memiliki kemanfaatan sosial yang luas.

"Inovasi produk adalah produk barang maupun jasa yang mengandung unsur kebaruan. Kemanfaatan sosial dari inovasi produk ini antara lain terkait dengan sedemikian luasnya masyarakat pengguna produk maupun mata rantai usaha yang terlibat dalam distribusi produk kepada masyarakat, yang secara tidak langsung berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja dan kemanfaatan sosial lainnya," mengutip draft POJK.04/2021.

Kedua, memiliki pemegang saham yang mempunyai kontribusi signifikan dalam pemanfaatan teknologi.   Ketiga, yakni memenuhi sejumlah persyaratan seperti, total aset perusahaan paling sedikit Rp 2 triliun, telah melakukan kegiatan operasional paling singkat 3 tahun, laju pertumbuhan majemuk tahunan dari total aset selama 3 tahun terakhir paling sedikit 35 persen dan laju pertumbuhan majemuk tahunan dari pendapatan selama 3 tahun terakhir minimal 30 persen.

Kriteria keempat, yakni merupakan Emiten yang belum pernah melakukan Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya