Pendiri JD.com Richard Liu Mengundurkan Diri sebagai CEO

Xu Lei, presiden JD.com, akan mengambil alih jabatan sebagai CEO dan bergabung dengan dewan direksi perusahaan dengan segera.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 09 Apr 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2022, 23:28 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri JD.com Richard Liu telah mengundurkan diri sebagai chief executive officer (CEO) raksasa e-commerce China, mengikuti jejak banyak bos teknologi terkenal yang telah melepaskan peran mereka di perusahaan yang mereka mulai.

Melansir CNBC, Jumat (8/4/2022), itu terjadi ketika Beijing terus memperketat peraturan di sektor teknologi domestiknya dan meneliti praktik bisnis perusahaan.

Sementara itu, Xu Lei, presiden JD.com, akan mengambil alih jabatan sebagai CEO dan bergabung dengan dewan direksi perusahaan dengan segera.

Seperti yang diketahui, Ini merupakan perombakan manajemen kedua JD.com dalam tujuh bulan terakhir. Pada September 2021, Xu diangkat sebagai presiden setelah meninggalkan perannya sebagai kepala bisnis ritel JD.com, dan Liu akan tetap menjadi ketua dewan perusahaan.

Liu telah mengambil lebih pendekaran dari belakang di JD.com sejak dia dituduh melakukan pemerkosaan pada 2018, sebuah tuduhan yang dia bantah.

Sedangkan, kepergian Liu dari jabatan CEO terjadi setelah sejumlah eksekutif teknologi mundur dari bisnis yang mereka dirikan sekitar setahun terakhir. Tahun lalu, Colin Huang, pendiri perusahaan e-commerce Pinduoduo yang berkembang pesat, mengundurkan diri sebagai ketua. 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kemudian, pada November 2021, pendiri ByteDance Zhang Yiming mengundurkan diri sebagai ketua dan Su Hua, salah satu pendiri aplikasi video pendek Kuaishou, juga mengundurkan diri.

Beijing telah berusaha untuk memperketat peraturan di berbagai bidang mulai dari antimonopoli hingga perlindungan data dan telah menghukum perusahaan yang melanggar aturannya.

Sejauh ini, JD.com telah lolos dari tindakan regulasi besar, tidak seperti saingannya Alibaba, yang terkena denda anti-monopoli senilai USD 2,8 miliar.

JD.com mengatakan Liu akan fokus pada membimbing strategi jangka panjang perusahaan, membimbing manajemen yang lebih muda, dan berkontribusi pada revitalisasi daerah pedesaan fokus utama dari upaya “kemakmuran bersama” Presiden China Xi Jinping, dorongan pemerintah menuju kekayaan moderat untuk semua.

Beijing Perketat Regulasi

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Kemudian, pada November 2021, pendiri ByteDance Zhang Yiming mengundurkan diri sebagai ketua dan Su Hua, salah satu pendiri aplikasi video pendek Kuaishou, juga mengundurkan diri.

Beijing telah berusaha untuk memperketat peraturan di berbagai bidang mulai dari antimonopoli hingga perlindungan data dan telah menghukum perusahaan yang melanggar aturannya.

Sejauh ini, JD.com telah lolos dari tindakan regulasi besar, tidak seperti saingannya Alibaba, yang terkena denda anti-monopoli senilai USD 2,8 miliar.

JD.com mengatakan Liu akan fokus pada membimbing strategi jangka panjang perusahaan, membimbing manajemen yang lebih muda, dan berkontribusi pada revitalisasi daerah pedesaan fokus utama dari upaya “kemakmuran bersama” Presiden China Xi Jinping, dorongan pemerintah menuju kekayaan moderat untuk semua.

Bursa Asia Bervariasi Jelang Akhir Pekan

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat, 8 April 2022,  karena saham teknologi China tergelincir dan investor mengamati situasi COVID-19 di China.

Melansir CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,24 persen, sedangkan indeks Hang Seng Tech turun 1,83 persen. Saham Alibaba turun 2,47 persen, sementara saham JD.com turun 3,35 persen, serta Meituan kehilangan 2,70 persen.

Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai naik 0,47 persen, sedangkan indeks Shenzhen turun 0,11 persen ke posisi 11.959,27.

Kasus COVID-19 menjadi fokus di China, dengan Shanghai melaporkan 20.398 kasus baru COVID-19 tanpa gejala dan 824 kasus baru yang bergejala pada 7 April. Kota itu lockdown dalam upaya menghentikan penyebaran virus tersebut.

"Sentimen jangka pendek (untuk saham China) dapat tetap terkendali mengingat pertemuan hambatan makro, penyebaran Omicron, ketidakpastian likuiditas global dan kekhawatiran ketegangan AS/China," menurut catatan Morgan Stanley tertanggal 7 April, dikutip dari CNBC, Jumat, 8 April 2022.

Sementara itu, analis bank juga mencatat konsumsi domestik di China lamban, dan mengatakan penyebaran virus secara sporadis di luar Shanghai dapat menyebabkan tindakan pengetatan di tempat lain.

Di sisi lain, Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen ke posisi 26.985,80 , sedangkan indeks Topix naik tipis 0,21 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,17 persen ke posisi 2.700,39, dan indeks Kosdaq naik 0,7 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen.

Ahli strategi pasar global di JPMorgan Private Bank, Julia Wang menuturkan, hambatan terbesar untuk pasar Asia saat ini datang dari AS, dengan pasar merespons sinyal hawkish dari The Fed.

"The Fed sedang melihat data inflasi yang jelas-jelas membuat mereka khawatir, dan saya pikir itu diterjemahkan ke dalam selera risiko yang lebih lemah di Asia,” katanya kepada “Street Signs Asia” CNBC pada Jumat.

Dia juga menambahkan, sampai situasi itu berubah, inflasi di AS akan membebani sentimen pasar di Asia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya