Bursa Saham Asia Lesu Imbas Aktivitas Pabrik China Kontraksi pada April 2022

Bursa saham Asia Pasifik tertekan pada perdagangan Senin, 2 Mei 2022 setelah rilis data ekonomi China keluar.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Mei 2022, 09:46 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2022, 09:46 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin pagi (2/5/2022) dengan data yang dirilis selama akhir pekan menunjukkan aktivitas pabrik China berkontraksi pada April 2022.

Melansir CNBC, di Jepang, indeks Nikkei 225 turun sekitar 0,54 persen pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks Topix merosot 0,38 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,5 persen.

Saham Australia turun, dengan indeks S&P/ASX 200 turun 1,41 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,55 persen lebih rendah.

Data ekonomi China yang dirilis selama akhir pekan mungkin membebani sentimen investor regional pada Senin. Aktivitas pabrik China berkontraksi pada kecepatan yang lebih curam pada April karena penguncian Covid memukul produksi industri.

Indeks Manajer Pembelian manufaktur resmi untuk April turun menjadi 47,4, kontraksi bulan kedua berturut-turut menyusul pembacaan Maret 49,5, data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan pada Sabtu pekan lalu.

Tanda 50 poin dalam pembacaan PMI memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Pembacaan PMI berurutan dan mewakili ekspansi atau kontraksi dari month on month.

Sebuah survei swasta juga menunjukkan kontraksi dalam aktivitas pabrik China, dengan IMP manufaktur Caixin/Markit di 46, menurun dari pembacaan bulan sebelumnya di 48,1.

“Omicron dan kebijakan nol-covid pemerintah adalah penyebab utama penurunan aktivitas China pada April, menghentikan produksi industri dan mengganggu rantai pasokan,” tulis Rodrigo Catril dari National Australia Bank melalui sebuah catatan.

"Perlambatan ekonomi China yang tajam pada kuartal kedua tetap merupakan hasil yang realistis pada tahap ini dan jika sejarah adalah panduan, pukulan global terhadap pertumbuhan akan segera menyusul," kata ahli strategi mata uang di perusahaan tersebut, Catril.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Data Ekonomi China

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Ilustrasi bursa saham Asia

Data tersebut muncul ketika daratan China telah bergulat selama berminggu-minggu dengan wabah COVID-19 terburuk sejak 2020.

Bursa saham di Hong Kong, Cina daratan, Singapura dan Taiwan tutup pada Senin untuk liburan.

Indeks USD berada di 103,35 setelah lompatan baru-baru ini dari level di bawah 102,4. Yen Jepang diperdagangkan pada 130,16 per dolar Amerika Serikat, masih lebih lemah dibandingkan dengan level di bawah 128 yang terlihat terhadap greenback minggu lalu.

Dolar Australia berada di USD 0,7068 setelah turun dari atas USD 0,714 pada minggu sebelumnya.Harga minyak melemah pada jam perdagangan di Asia.

Harga minyak Brent susut 0,51 persen menjadi USD 106,59 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat tergelincir 0,34 persen menjadi USD 104,33 per barel.

Wall Street Anjlok, Indeks Nasdaq Tersungkur 4 Persen

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ilustrasi wall street

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Jumat, 29 April 2022.Indeks Nasdaq mencatat kinerja terburuk sejak 2008 didorong saham Amazon yang alami aksi jual.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq turun hampir 4,2 persen menjadi 12.334,64 imbas koreksi saham Amazon. Indeks S&P 500 tergelincir 3,6 persen menjadi 4.131,93. Indeks Dow Jones merosot 939,18 poin atau 2,8 persen ke posisi 32.977,21.

Indeks Nasdaq melemah ke level terendah baru pada 2022, demikian juga indeks S&P 500. Sepanjang April 2022, wall street terkoreksi seiring investor hadapi sejumlah tantangan antara lain pengetatan kebijakan moneter the Federal Reserve atau bank sentral AS, kenaikan suku bunga, inflasi, lonjakan kasus COVID-19 di China dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

"Dengan kenaikan suku bunga the Fed dan semua ketidakpastian yang dihadapi ekonomi global, sulit untuk bersemangat,” ujar Yung-Yu Ma dari BMO Wealth Management dilansir dari CNBC, Sabtu (30/4/2022).

Sepanjang April 2022, indeks Nasdaq turun 13,3 persen, dan mencatat kinerja bulanan terburuk sejak Oktober 2008. Indeks S&P 500 merosot 8,8 persen, dan alami bulan terburuk sejak Maret 2020. Indeks Dow Jones melemah 4,9 persen.

Sepanjang 2022, indeks S&P 500 melemah 13,3 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 21,2 persen dan indeks Dow Jones susut 9,3 persen.

Saham Teknologi Jadi Sasaran Aksi Jual

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ilustrasi wall street

Saham teknologi telah menjadi sasaran aksi jual karena suku bunga tinggi berdampak terhadap valuasi. Selain itu, masalah rantai pasokan karena COVID-19 dan perang di Ukraina menganggu bisns.

Pada perdagangan Jumat, 29 April 2022, saham Amazon alami penurunan terbesar sejak 2006 setelah raksasa e-commerce melaporkan kerugian yang mengejutkan dan panduan pendapatan yang lemah pada kuartal II 2022.

"Kinerja pasar saat ini mengancam untuk melakukan transisi dari koreksi yang panjang dan menyakitkan ke sesuatu yang lebih meresahkan,” ujar Chairman Marketfield Asset Management Michael Shaoul.

Ia menambahkan, pada Maret 2022 misalnya mengalami penurunan sangat tajam tetapi pemulihan sama cepatnya. Saat ini terlihat lebih jauh mungkin untuk memaksakan tekanan jangka panjang pada investor yang alami reli 2022.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya