Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan rasio kapitalisasi pasar modal Indonesia hanya 48 persen. Menurutnya ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
“Sementara, negara-negara di sekitar kita yang lebih maju seperti Malaysia, Thailand, atau Singapura memiliki rasio kapitalisasi pasar modal hingga mencapai mendekati 100 persen,” ungkap Sri Mulyani dalam LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, Jumat (12/8/2022).
Baca Juga
Berdasarkan hal itu, Sri Mulyani menilai menilai Indonesia memiliki peluang untuk terus meningkatkan peranan pasar modal sebagai salah satu sektor keuangan yang bisa menjadi perantara yang baik dan produktif.
Advertisement
Sedangkan menurut dia, sektor keuangan Indonesia saat ini masih berorientasi terhadap akumulasi dana yang sifatnya jangka pendek.
“Ini tentu sangat menyulitkan pada saat kebutuhan pembangunan kebutuhan perekonomian sering membutuhkan sumber dana yang berasal dari sumber dana yang jangka nya panjang, misalnya pembangunan infrastruktur yang memerlukan dana besar dan kemampuan pengembaliannya membutuhkan jangka waktu panjang,” jelas Sri Mulyani.
Oleh karena itu, kemampuan Indonesia untuk mampu memupuk dana jangka panjang menjadi sangat penting.
Sementara itu, Sri Mulyani mengungkapkan sektor keuangan Indonesia saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan.
Tercatat 80 persen dari aset sektor keuangan adalah di sektor perbankan dan mayoritas dalam bentuk deposito yang merupakan simpanan berjangka pendek atau di bawah 5 tahun.
Padahal, sektor yang memiliki kemampuan mengakumulasi dana jangka panjang, seperti industri asuransi, dana pensiun, kontribusinya dalam sektor keuangan Indonesia hanya 14 persen.
Maka demikian, Sri Mulyani menuturkan ini merupakan sebuah pekerjaan rumah yang sangat tidak mudah, apalagi masyarakat masih perlu untuk dibangun, tidak hanya literasinya, tetapi juga kepercayaan dan keyakinannya terhadap sistem keuangan, instrumen keuangan, dan lembaga-lembaga keuangan.
Melihat Kinerja Saham Pendatang Baru pada 8-12 Agustus 2022
Pasar modal Indonesia kedatangan sembilan emiten baru pada pekan ini tepatnya 8-12 Agustus 2022. Mayoritas saham pendatang baru itu mencatat kenaikan pada pekan ini.
Mengutip data RTI, pada Senin, 8 Agustus 2022 terdapat empat pencatatan perdana saham yaitu PT Estee Gold Feet Tbk (EURO), PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk (KKES), PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI), dan PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA).
Pada Selasa, 9 Agustus 2022 ada pencatatan saham perdana PT Rohartindo Nusantara Luas Tbk (TOOL), PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN), dan PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH).
Selanjutnya pada Rabu, 10 Agustus 2022 ada PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) dan PT Toba Surimi Indonesia Tbk (CRAB).
Lalu bagaimana kinerja saham pendatang baru tersebut pada pekan ini?
Mengutip data RTI, saham EURO cenderung stagnan di posisi Rp 70 per saham hingga Jumat, 12 Agustus 2022 dari harga perdana Rp 70 per saham. Sementara itu, saham KKES menguat 13,3 persen ke posisi Rp 119 per saham dari harga perdana Rp 105 per saham.
Lonjakan harga saham juga dialami saham ELPI. Saham ELPI naik 37 persen menjadi Rp 274 per saham dari harga IPO Rp 200 per saham. Saham MORA melambung 46,46 persen menjadi Rp 580 per saham dari harga IPO sebesar Rp 396 per saham.
Selain itu, saham TOOL menguat 9,45 persen ke posisi Rp 139 per saham dari harga IPO Rp 127 per saham. Namun, saham KLIN melemah 23 persen ke posisi Rp 77 per saham pada Jumat, 12 Agustus 2022 dari harga IPO Rp 100 per saham.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement
Memilih Saham IPO
Di sisi lain, saham BUAH menguat 18,04 persen menjadi Rp 458 per saham dari harga IPO sebesar Rp 388 per saham.
Selanjutnya, saham MEDS melesat 53,60 persen ke posisi Rp 192 per saham dari harga IPO Rp 125 per saham. Selain itu, saham CRAB juga melejit 42,67 persen ke posisi Rp 214 per saham dari harga IPO Rp 150 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menuturkan, saham emiten pendatang baru belum dapat dianalisis lebih jauh secara fundamental karena pergerakan saham yang masih fluktuatif. Namun, prospek saham pendatang baru itu tergantung dari cerita di sektor industrinya.
“Saham-saham pendatang baru prospeknya tergantung bagaimana story dari industrinya, karena secara fundamental saham-saham IPO masih belum dapat di analisa lebih jauh, hal ini di karenakan pergerakan saham IPO masih berfluktuasi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Namun, jika ingin memilih saham IPO, Abdul menuturkan untuk memilih saham yang masih undervalue dan cerita industri yang masih bagus.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS