Pefindo Dapat Mandat Obligasi Rp 39,32 Triliun

Pefindo menyatakan, hingga akhir kuartal III 2022 jumlah penerbitan surat utang korporasi nasional Rp 131,94 triliun.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Okt 2022, 14:56 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2022, 14:56 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mendapatkan mandat untuk memproses penerbitan surat utang Rp 39,32 triliun hingga kuartal III 2022. 

Mengutip data Pefindo, Selasa (25/10/2022), terkait mandat obligasi korporasi tersebut berasal dari 29 perusahaan dengan berbagai sektor.

Kemudian, untuk industri bubur kertas dan tissue mempunyai rencana emisi paling besar, yaitu Rp8,42 triliun yang terdiri dari 2 perusahaan. Lalu, industri konstruksi yang memiliki rencana emisi Rp6,40 triliun dari 2 perusahaan juga.

Selain itu, ada juga sektor lembaga keuangan khusus memiliki rencana emisi Rp 4,5 triliun dari 2 perusahaan, sektor perusahaan induk dengan rencana emisi Rp3,56 triliun berasal dari 3 perusahaan.

Adapun, sektor pertambangan dengan rencana emisi Rp3,12 triliun dari 3 perusahaan, Lalu, terdapat sektor telekomunikasi yang memiliki rencana emisi Rp 3 triliun dari 2 perusahaan.

Kepala Divisi Pemeringkatan Nonjasa Keuangan I Pefindo Niken Indriarsih menuturkan,sampai akhir kuartal III 2022 jumlah penerbitan surat utang korporasi nasional senilai Rp 131,94 triliun. 

"Kalau penerbitan surat utang sampai kuartal III sudah melampaui penerbitan surat utang 2021. Kalau untuk penerbitan sampai 30 September, Rp 131,94 triliun lebih besar dari tahun lalu,” kata Niken dalam  konferensi pers secara virtual, Selasa (25/10/2022).

Sementara itu, jumlah emisi obligasi korporasi per September 2022 dengan rating Pefindo senilai Rp 104,06 triliun. Sedangkan, untuk lembaga pemeringkat lainnya sebanyak Rp 27,88 triliun.

Sektor multifinance memiliki total emisi terbesar dalam penerbitan obligasi korporasi sepanjang 2022, yakni sebesar Rp22,75 triliun. 

Selanjutnya, ada sektor pulp & paper dengan jumlah total emisi Rp17,99 triliun dan sektor perbankan senilai Rp13,6 triliun.  Tak hanya itu, untuk sektor pertambangan jumlah total emisi sebesar Rp12,2 triliun serta sektor konstruksi dengan total emisi Rp11,95 triliun. Lalu, untuk sektor pendanaan mencapai Rp 11,51 triliun.

 

Penerbitan Baru Surat Utang Bakal Sentuh Rp 140 Triliun hingga Akhir Tahun

Ilustrasi Obligasi
Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Sebelumnya, hingga paruh pertama 2022, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan baru efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) listed mencapai Rp 69,7 triliun dengan outstanding Rp 464,9 triliun.

Berdasarkan capaian itu, penerbitan baru EBUS sampai dengan akhir tahun diperkirakan bisa mencapai Rp 140 triliun.

"Jadi kalau di-anualize, dikali dua, bisa mencapai Rp 140 triliun. Tapi ini trennya harus kita cermati ke depannya. Apakah trennya masih seperti semester I atau mungkin sedikit berbeda,” kata Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra dalam media forum, Jumat (8/7/2022).

Adapun emiten penerbit EBUS listed hingga semester I 2022 yakni sebanyak 43 perusahaan. Sementara emiten outstanding EBUS listed tercatat sebanyak 137 perusahaan. Dari sisi sektornya, nilai outstanding ebus listed korporasi pada semester I 2022 didominasi oleh non institusi keuangan sebesar 53,3 persen dari total outstanding.

Sementara sisanya 44,8 persen merupakan bagian dari institusi keuangan. Lebih rinci, sektor konstruksi tercatat memiliki porsi paling besar yakni 16,2 persen, disusul perbankan sebesar 7,4 persen. Lalu sektor telekomunikasi 3 persen, properti 2,3 persen. Makanan dan minuman 2,1 persen, serta lainnya 28,1 persen. Sementara untuk sektor lembaga pembiayaan dan bank masing-masing 31,2 persen dan 9,8 persen.

"Kalau dari bank, likuiditas mereka melimpah. Sehingga keperluan untuk menerbitkan obligasi belum mendesak. Lembaga pembiayaan juga masih menggunakan internal cash flow atau kredit perbankan untuk berikan pembiayaan kepada nasabah,” ujar Salyadi.

Pefindo Rilis 42 Pemeringkatan Non Lembaga Keuangan pada Kuartal I 2022

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menyebutkan telah melakukan 42 publikasi peringkat sepanjang kuartal I 2022.

Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih menjabarkan, sebanyak 25 publikasi mencatatkan peringkat tetap. Kemudian terdapat publikasi peringkat baru, enam publikasi peringkat naik, satu publikasi peringkat turun, dan empat publikasi mengenai revisi outlook.  

"Selama kuartal I 2022 kami mempublikasikan peringkat sebanyak 42 dari total 35 entitas," kata Niken dalam konferensi pers, Selasa (19/4/2022).

Adapun enam publikasi pemeringkatan yang mengalami kenaikan, antara lain PT Barata Indonesia dari sebelumnya idD menjadi idBB- dengan outlook stabil.

Kemudian ada PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang naik menjadi idBBB+ dengan outlook stabil, dari sebelumnya idBBB dengan credit watch yang berimplikasi negatif. PT dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) naik dari idA- stabil menjadi idA stabil.

 

 

Selanjutnya

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lalu, PT Sinarmas Agro Resources Technology Tbk (SMAR) yang juga naik menjadi idAA- dengan outlook stabil dari sebelumnya idA+ stabil. Selanjutnya, PT Mora Telematika Indonesia naik menjadi idA+ stabil dari sebelumnya idA stabil.

Terakhir, ada PT Perkebunan Nusantara III dengan peringkat teranyar idBBB+ stabil, dari sebelumnya idBBB stabil. Sementara satu yang mengalami penurunan peringkat yakni PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

"Yang kita turunkan yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk dari idBBB- negatif menjadi idB. Ini sehubungan dengan keputusan pengadilan terkait penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU),” ujar Niken.

Bersamaan dengan itu, induk Waskita Beton Precast, yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengalami revisi outlook  dari semula idBBB stabil menjadi idBBB dengan outlook negatif. Begitu pula PT Waskita Toll Road yang kini memperoleh peringkat idBBB- negatif dari sebelumnya idBBB- stabil.

Kemudian PT Medco International Tbk (MEDC) menjadi idA+ dengan outlook positif dari semula dengan outlook stabil. Serta PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan peringkat idAA- positif, dari sebelumnya idAA- dengan outlook stabil.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya