DGIK Realisasikan Buyback 69,01 Juta Saham hingga 12 Desember 2022

PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) membeli 69.017.600 saham DGIK pada 12 September-12 Desember 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Des 2022, 06:21 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 19:52 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) telah merealisasikan hasil pembelian kembali atau buyback saham dalam periode 12 September-12 Desember 2022.

Mengutip keterbukaan informasi BEI, Senin (12/12/2022), PT  Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk membeli 69.017.600 saham DGIK pada 12 September-12 Desember 2022. Nilai transaksi buyback saham itu sekitar Rp 7,91 miliar. Adapun anggaran yang dialokasikan Rp 7,88 miliar dan tercatat sisa Rp 34,65 juta.

“Kelebihan realisasi anggaran karena ada biaya pajak dan biaya lainnya yang kurang diperhitungkan oleh perseroan sejak awal periode buyback,” tulis perseroan.

Pada penutupan perdagangan Senin, 12 Desember 2022, saham DGIK stagnan di posisi Rp 110 per saham. Saham DGIK berada di level tertinggi Rp 110 dan terendah Rp 108 per saham. Total frekuensi perdagangan 434 kali dengan volume perdagangan 169.363 saham. Nilai transaksi Rp 1,8 miliar.

Sementara itu,  IHSG menguat 0,29 persen ke posisi 6.734,45 pada perdagangan, Senin 12 Desember 2022. Indeks saham LQ45 bertambah 0,61 persen ke posisi 938,74. Sebagian besar indeks acuan menguat. Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.734,45. Sepanjang perdagangan awal pekan ini, IHSG berada di zona merah. Bahkan, IHSG sentuh level terendah 6.641,81.

Sebanyak 316 saham menguat sehingga angkat IHSG. 226 saham melemah dan 162 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 992.960 saham. Total volume perdagangan saham 22,8 miliar saham dan nilai transaksi Rp 12,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di kisaran 15.620.

Mayoritas indeks sektor saham menghijau kecuali sektor saham teknologi merosot 2,35 dan sektor saham infrastruktur susut 0,24 persen.

DGIK Akuisisi 35 Persen Saham Dirgantara Yudha Artha

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) melalui anak usahanya PT Duta Buana Permata (DBP) akan membeli 35 persen saham PT Dirgantara Yudha Artha. Nilai transaksi akuisisi tersebut sebesar Rp 256,5 miliar.

Hal itu merupakan hasil penilaian Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) selaku penilai independen yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pembelian itu merupakan tahapan awal dari proses sinergi lini bisnis konstruksi yang dimiliki PT Global Dinamika Kencana (GDK) untuk memperkuat lini bisnis konstruksi. Sinergi juga ditujukan untuk percepatan pertumbuhan lini bisnis konstruksi ke depannya yang seluruh di bawah Nusa Konstruksi Enjiniring.

Direktur Utama PT Nusa Konstruksi Enjinering Tbk Budi Susilo menuturkan,  konsolidasi ini merupakan bagian dari pertumbuhan inorganik yang mampu mendorong pertumbuhan secara eksponensial.

Dirgantara Yudha Artha merupakan perusahaan jasa konstruksi dengan spesialisasi infrastruktur, keahlian di proyek infrastruktur tersebut juga didukung lebih dari 300 alat berat yang dimiliki sehingga langkah sinergi ini memperkuat kinerja DGIK.

"Jadi dengan sinergi ini, maka sudah pasti kapasitas kami meningkat, baik dalam hal penambahan spesialisasi segmen konstruksi yang dimiliki maupun peningkatan sumber daya operasional konstruksi seperti peralatan konstruksi, sehingga peningkatan kapasitas akan memperbesar pertumbuhan perseroan ke depan,” ujar Budi dikutip dari keterangan tertulis, Senin (18/4/2022).

Ia menambahkan, pihaknya akan semakin agresif untuk menggarap proyek-proyek high rise building dan infrastruktur yang menjadi keahlian perseroan, tidak hanya di tanah air, bahkan  di luar negeri.

 

Target Perseroan

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Dirgantara Yudha Artha (Dirgantara) merupakan perusahaan konstruksi yang sudah berdiri sejak 1990. Dengan spesialisasi pada konstruksi infrastruktur, Dirgantara sudah berpartisipasi dalam proyek-proyek konstruksi nasional, seperti infrastruktur bandara (Runway & Hangar), kawasan industri, jalan raya, jalan tol, dan yang terbaru dalam pembangunan proyek Tol Cikopo Palimanan.

Dirgantara memiliki wilayah operasional berdasarkan proyek yang sedang dan sudah dikerjakan tersebar di wilayah di Indonesia.

Selain segmen jasa konstruksi, Dirgantara juga menyediakan jasa sewa alat berat untuk mengoptimalkan monetisasi keunggulan peralatan konstruksi yang dimiliki oleh Perseroan.

Langkah konsolidasi ini berada dalam jalur yang tepat ditengah momentum pemulihan ekonomi secara global terkhusus ekonomi Indonesia dari dampak Pandemi Covid-19.

 

Selanjutnya

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Permintaan jasa konstruksi akan pulih seiring dengan pergerakan ekonomi yang ekspansif mulai 2022. Selain keunggulan sumber daya, kapabilitas dan pengalaman dari portofolio proyek yang dimiliki, Perseroan juga telah berada dalam kondisi keuangan yang sangat baik, sehingga kondisi ini akan menjadi keunggulan bersaing bagi Perseroan di industri jasa konstruksi yang merupakan industri padat modal

"Tahun ini kami menargetkan, secara pencapaian pendapatan sudah bisa pulih seperti sebelum Covid. Artinya kami menargetkan bisa pulih lebih cepat, begitu juga untuk kedepannya. Kami optimis ekspansi yang kami lakukan baik secara organik maupun inorganik bisa menghasilkan pertumbuhan yang optimal”, ungkap Budi Susilo.

Perseroan menargetkan pendapatan mampu mencapai Rp1 triliun atau tumbuh 173 persen (YoY) dibandingkan periode sama tahun lalu, sementara untuk besaran pertumbuhan laba bersih ditargetkan bisa tumbuh di atas pertumbuhan pendapatan. Hal tersebut didasarkan pada upaya efisiensi dan efektifitas operasional yang konsisten dilakukan sehingga mampu menjaga performa profitabilitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya