Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau Bank BTN berencana bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun pada kuartal III 2023.
Direktur Finance, Planning, and Treasury BTN, Nofry Rony Poetra menuturkan, obligasi bakal diterbitkan pada kuartal III 2023 untuk mendukung penyaluran kredit.
Baca Juga
"Obligasi kuartal III, (rencana penggunaan dananya untuk) untuk mendukung penyaluran kredit, termasuk yang Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang Rp 500 miliar, KIK Efek Beragun Aset (KIK-EBA)Â kuartal II ya," kata Nofry kepada awak media, Kamis (16/2/2023).
Advertisement
Meski demikian, obligasi belum masuk ke tahap proses. "Prosesnya kalau obligasi belum, kita biasanya tiga bulan sebelumnya baru kita mulai diproses," ujar dia.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan kinerja positif dengan perolehan laba bersih mencapai Rp 3,04 triliun hingga 31 Desember 2022. Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi penggerak bisnis BTN.
"Laba bersih per 31 Desember 2022 tercatat Rp 3,04 triliun atau naik 28,15 persen year on year dari 2021," kata Haru dalam konferensi pers paparan kinerja per 31 Desember 2022, Kamis (16/2/2023).
Peningkatan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan. Menurut dia, capaian tersebut juga tidak terlepas dari racikan strategi manajemen BTN untuk berlayar di tengah kondisi pandemi. Ia menyebutkan, BTN telah melakukan relokasi kantor sejak 2020 ke daerah potensial.
Selain itu, perseroan berinovasi meluncurkan produk inovatif untuk menjawab kebutuhan pasar seperti KPR BTN Rent to Own dan KPR BTN Gaess. Kemudian, BTN juga memaksimalkan lini ekosistem perumahan digital dengan berbagai aplikasi yang mudah digunakan.
Â
Â
Kontribusi Laba
Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih BTN. Laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53 persen yoy dari Rp274,83 triliun menjadi Rp298,28 triliun per 31 Desember 2022.
Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis BTN. Secara total, KPR di BTN tumbuh 9,23 persen yoy menjadi Rp233,68 triliun per 31 Desember 2022. Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61 persen yoy menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83 persen.
Di samping akselerasi pada kredit, BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77 persen yoy dari Rp295,97 triliun menjadi Rp321,93 triliun per 31 Desember 2022.
Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13 persen pada akhir 2021 menjadi 2,60 persen.
Penurunan biaya dana juga ikut mengerek turun beban bunga (interest expense) hingga 14,94 persen yoy pada akhir tahun lalu. Dengan kinerja positif kredit dan DPK, aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat ini juga naik 8,14 persen yoy dari Rp371,86 triliun menjadi Rp402,14 triliun per 31 Desember 2022.
Â
Advertisement
Penguatan Modal
"Pertumbuhan bisnis tersebut juga diimbangi dengan penguatan modal, perbaikan kualitas serta peningkatan pencadangan, sehingga bisnis Bank BTN diharapkan terus tumbuh berkelanjutan," ujar Haru.
Adapun, dengan penambahan modal dari Pemerintah, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tier 1 Bank BTN mencapai sebesar 16,13 persen atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.
Kemudian, perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BTN sebesar 32 bps yoy menjadi 3,38 persen. Rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65 persen per 31 Desember 2022.
Per 31 Desember 2022, loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65 persen. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) berada di level yang sehat sebesar 238,50 persen.
Â