Saham Bank di AS Kembali Rontok, Kali Ini PacWest Bancorp Tersungkur 56 Persen

Saham PacWest Bancorp tergerus 56 persen dalam perpanjangan perdagangan pada Rabu, 3 Mei 2023. Hal ini setelah bank dikabarkan sedang menjajaki sejumlah opsi.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2023, 11:33 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2023, 11:33 WIB
Saham PacWest Bank Anjlok 56 Persen pada Rabu 3 Mei 2023
Saham PacWest Bank anjlok 56 persen usai perpanjangan perdagangan pada Rabu, 3 Mei 2023 waktu setempat. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Saham PacWest Bancorp anjlok 56 persen dalam perpanjangan perdagangan pada Rabu, 3 Mei 2023 menyusul berita bank sedang mempertimbangkan pilihan strategis.

Sedangkan pada sesi regular, saham PacWest Bancorp melemah hampir 2 persen, dan membukukan penurunan hari kelima berturut-turut.

Dikutip dari CNBC, Kamis (4/5/2023), bank regional sedang menilai opsi, termasuk kemungkinan penjualan dan membawa penasihat untuk evaluasi rencana jangka panjang untuk bisnis tersebut.

Menurut sumber CNBC, Piper Sandler dan Stephens  adalah dua firma yang menjadi penasihat PacWest. Berdasarkan laporan Bloomberg yang pertama kali melaporkan pada Rabu malam pekan ini kalau bank sedang menjajaki opsi.

Banyak saham bank regional telah terpukul karena sejak jatuhnya Silicon Valley Bank pada Maret  2023. Selain itu, sebagian juga khawatir karena basis pelanggan serupa. Pekan ini, regulator menyita First Republic Bank dan dijual kepada JPMorgan Chase.

PacWest yang berbasis di Los Angeles memiliki kapitalisasi pasar sekitar USD 750 juta dan turun 72 persen pada 2023.

Bank regional lainnya menurun dalam perdagangan yang diperpanjang setelah laporan itu dengan SPDR S&P Regional Banking ETF rontok 5,3 persen. Saham Western Alliance Bancorp anjlok 27 persen, sedangkan Comerica susut 10 persen dan KeyCorp terpangkas 7 persen.

Adapun PacWest melaporkan total simpanan turun lebih dari USD 5 miliar pada kuartal I 2023 menjadi USD 28,2 miliar. Namun, perusahaan mengatakan melihat keuntungan bersih sebesar USD 1,1 miliar dalam simpanan dari 20 Maret hingga akhir kuartal.

PacWest juga mengatakan, simpanan tumbuh USD 700 juta dari 31 Maret-23 April. Adapun juru bicara PacWest juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Penutupan Wall Street pada 3 Mei 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023. Wall street tertekan setelah the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin seperti yang diprediksi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (4/5/2023), indeks Dow Jones melemah 270,29 poin atau 0,80 persen ke posisi 33.414,24. Indeks S&P 500 terpangkas 0,70 persen ke posisi 4.090,75. Indeks Nasdaq tergelincir 0,46 persen ke posisi 12.025,33. Indeks acuan catat penurunan beruntun dalam tiga hari.

Sentimen bullish (menguat) sebelumnya agak berkurang setelah ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan pemangkasan suku bunga karena dia tidak berharap inflasi turun cukup cepat.

“Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, perlambatan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, ekonomi dan perkembangan keuangan,” tulis Fed.

Namun, pelaku pasar memperhatikan apa yang tidak dikatakan the Fed kali ini dalam pernyataan setelah pertemuan. Mengutip CNBC, bank sentral tampaknya melunakkan bahasanya tentang kenaikan suku bunga ke depan menghilangkan garis dari pernyataan Maret yang mengatakan Komite mengantisipasi beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat.

Powell mengatakan, menghilangkan bahasa itu adalah “perubahan yang berarti” dan keputusan bank sentral pada Juni akan didorong oleh data yang masuk.

indeks Dolar AS Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Analis senior OANDA, Ed Moya menuturkan, kenaikan suku bunga menandai kenaikan ke-10 berturut-turut oleh bank sentral. Kemungkinan akan menjadi yang terakhir dalam siklus ini.

“The Fed khawatir kondisi kredit yang lebih ketat akan membebani aktivitas ekonomi dan perekrutan, sambil membantu mempertahankan tren disinflasi,” ujar Moya.

“Pengetatan kredit akan melumpuhkan ekonomi dan tampaknya selama kita tidak mendapatkan badai sempurna dari data tenaga kerja dan inflasi yang lebih panas dari perkiraan, the Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun ini,” ia menambahkan.

Adapun SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) menurun lebih dari 1 persen. ETF perbankan regional turun lebih dari 6 persen selama sesi perdagangan pada perdagangan Selasa pekan ini. Saham PacWest turun hampir 2 persen setelah susut sekitar 28 persen pada hari sebelumnya. Saham Western Alliance terpangkas 4,4 persen.

Indeks dolar AS yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang global lainnya turun lebih dari 0,7 persen ke sesi terendah 101,07 pada perdagangan Rabu pekan ini. Level tersebut terendah sejak 16 April.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya