Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Indonesia masih dipandang menarik di tengah situasi ekonomi global dan domestik yang diliputi ketidakpastian. Hal itu terlihat dari peningkatan jumlah investor ritel maupun institusi pada 2023.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan terdapat 1,6 juta investor pasar modal baru sepanjang 2023. Sehingga, total investor di pasar modal Indonesia mencapai 11,9 juta investor atau tumbuh 5 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
Baca Juga
Jumlah investor tersebut didominasi oleh investor muda generasi milenial dan Gen Z, di antara investor tersebut jumlah investor saham mencapai lebih dari 5 juta investor atau naik 5 kali lipat dari 2019. Hal itu membuat partisipasi investor ritel pun terjaga.
Advertisement
“Hal ini mencerminkan keyakinan investor untuk melakukan investasi di pasar saham Indonesia masih cukup terjaga meski dihadapkan situasi ekonomi global dan domestik yang dihadapkan dengan ketidakpastian,” Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam acara CEO Networking 2023, Selasa (7/11/2023).
Selain kondisi pasar saham yang masih tangguh, pencatatan saham pun terus bertumbuh. Hingga 2023, terdapat 74 pencatatan saham baru disertai dengan pipeline 29 saham.
"Jumlah pencatatan saham baru ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah dengan fundraise mencapai Rp 53,1 triliun dengan mengantarkan jumlah total perusahaan tercatat saham 899 perusahaan," kata dia.
Dia mengungkapkan, apabila mencermati kondisi jumlah perusahaan tercatat di bursa global per September 2023, mayoritas masih mengalami pertumbuhan di level 1-3 persen. Sedangkan, BEI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,9 persen.
"Ke depannya tentu BEI senantiasa melakukan penyempurnaan, dan peluncuran produk baru untuk menyediakan produk investasi yang bervariasi, untuk dapat memenuhi kebutuhan investor pasar modal," imbuhnya.
Kondisi Global Jadi Tantangan Pasar Modal Indonesia saat Tahun Politik
Sebelumnya diberitakan, Indonesia tengah bersiap menggelar pemilu pada 2024. Tiga kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) telah resmi mendaftar ke KPU. Sesuai dengan pola musiman, jelang tahun politik merupakan waktu di mana para pelaku usaha menahan ekspansi.
Selain itu, tidak sedikit pelaku bisnis yang wait and see hasil pemilu sambil mencermati rencana masing-masing kandidat untuk menggerakkan ekonomi secara makro jika terpilih.
Di sisi lain, pemilu mendorong perputaran uang di beberapa industri secara signifikan. Jelang masa pemilihan, permintaan kaos dan atribut kampanye sangat masif pada periode tersebut. Selain itu, sektor perhotelan, restoran, dan transportasi akan cukup banyak mendapatkan limpahan rezeki dari kampanye.
Berbagai dinamika politik yang berkembang di penghujung 2023 hingga hari pemilihan pada 14 Februari 2024 membuat market terlihat cukup volatile. Meski demikian, pasar Indonesia dirasa masih memiliki potensi yang baik untuk bisa menghadapi gempuran ketidakpastian. Terlebih lagi secara historis, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mencatatkan kenaikan.
Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu menuturkan, jelang pemilihan umum atau tahun politik 2024, diharapkan pasar modal Indonesia akan kembali bergairah. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh data pada pemilu sebelumnya. IHSG dan pasar obligasi mengalami pergerakan positif pada sebelum dan tahun pemilu.
"Meskipun begitu, kondisi dari global juga masih diselimuti berbagai tantangan mulai dari perkembangan suku bunga AS, perlambatan ekonomi China, dan kondisi geopolitik yang kembali memanas,” kata Genta dalam keterangan resminya, dikutip Senin (6/11/2023).
Advertisement
Target IHSG
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menjelaskan bahwa pelaku pasar diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini dengan bijaksana. Volatilitas yang tinggi merupakan hal wajar di tengah masa transisi politik. Jadikan penurunan harga saham sebagai waktu terbaik untuk memperoleh saham dengan harga yang murah.
"Seperti kutipan terkenal investor senior Warren Buffett ‘Be Fearful When Others Are Greedy and Be Greedy When Others Are Fearful.’,” kata Ikke.
Dengan demikian, SimInvest Research memproyeksikan IHSG berada di kisaran level 7.700 pada 2024. Dalam jangka pendek volatilitas pasar dalam negeri diperkirakan masih berlanjut seiring dengan volatilitas pasar global.
Namun, memasuki tahun 2024, diperkirakan indeks akan mendapatkan angin segar dari pemilihan presiden Indonesia. Berdasarkan data historis, indeks mengalami penguatan pasca pemilu disebabkan kondisi politik yang lebih stabil.
Di sisi lain, sejalan dengan katalis pemilu dan konsumsi yang membaik, maka diperkirakan sektor konsumsi dan telekomunikasi dapat membukukan performa yang solid pada 2024.
Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94%, Sektor Saham Ini Masih Prospektif
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 mencapai 4,94 persen secara year on year (yoy). Lantas, sektor saham apa saja yang masih prospektif?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menuturkan, pertumbuhan produk domestik brutok (PDB) Indonesia pada kuartal III 2023 memang lebih rendah dibandingkan pada kuartal II. Ini mengingat, terdapat faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi global, perubahan iklim, dan rendahnya harga komoditas ekspor unggulan.
"Yang terpenting bahwa perekonomian Indonesia tetap terjaga dan tumbuh positif. Hal ini dibuktikan dengan menguatnya kinerja IHSG pada Senin (6 November 2023),” kata Nafan kepada Liputan6.com, Selasa (7/11/2023).
Menurut ia, terdapat sejumlah sektor yang masih prospektif usai pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, yakni sektor keuangan, non-cyclicals dan industri.
“Adapun sektor penting yang perlu dicermati adalah IDXFINANCIALS, IDXNONCYCLICALS maupun IDXINDUSTRIALS,” kata dia.
Sementara itu, pengamat pasar modal Lanjar Nafi menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 melambat lebih dari yang diharapkan, dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,94 persen secara tahunan, di bawah perkiraan analis sebesar 5 persen.
"Dampaknya untuk saat ini di era suku bunga tinggi adalah positif karena investor mengharapkan Bank Indonesia menjadikan perlambatan ekonomi tersebut sebagai alasan untuk mulai memangkas suku bunga," kata Nafi.
Menurut ia, suku bunga yang lebih tinggi bisa menghambat konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, ia mengatakan, apabila optimisasi yang terbentuk adalah masa depan suku bunga yang mulai dipangkas, sektor teknologi, infrastruktur dan material dasar dapat menjadi pertimbangan bagi para investor.
Mengacu pada kondisi tersebut, Lanjar merekomendasikan saham GOTO, EMTK, BELI, NFCX, EXCL, ISAT, TLKM, JSMR, PGEO, WIKA, SMGR, INTP, BRPT, AMMN, MDKA, dan ANTM.
Advertisement