Berburu Saham Sektor EBT Usai Disebut saat Debat Cawapres 2024

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan, sektor energi baru terbarukan masih menarik untuk jangka panjang.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Jan 2024, 08:51 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 06:51 WIB
Berburu Saham Sektor EBT Usai Disebut saat Debat Cawapres 2024
Sektor energi baru dan terbarukan sempat disinggung dalam debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar pada Minggu, 21 Januari 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kesadaran terhadap isu Environmental, Social, and Governance (ESG) atau Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) telah menjadi perhatian utama dalam masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.

Bahkan, sektor energi baru dan terbarukan sempat disinggung dalam debat calon wakil presiden (debat cawapres) yang digelar pada Minggu, 21 Januari 2024. Sebagai negara yang telah meratifikasi Paris Agreement dan dituangkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC), Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 29 persen dengan usaha sendiri, dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.

Merespons itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong perusahaan tercatat untuk andil dalam penerapan ESG. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi perusahaan sektor energi, seperti batu bara sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, meski beberapa telah melakukan diversifikasi ke sektor hijau.

"Menurut saya, sentimen saham terkait EBT tergantung dari sentimen EBT itu sendiri. Kalau euforia masih kuat, maka harga sahamnya akan terapresiasi. Kalau sebaliknya, maka ada indikasi profit taking. Harga saham EBT kalau secara valuasi sudah sangat premium," kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta kepada Liputan6.com, Rabu (24/1/2024).

Menurut Nafan, sektor ini cukup menarik dicermati untuk jangka panjang. Lantaran, Indonesia sendiri menargetkan net zero emission pada 2060, itu masih jauh dari sekarang. Namun demikian, Nafan mengatakan progresnya saat ini sudah sesuai target tersebut.

"Jadi masih developing untuk mencapai net zero emission. Kita zero net kita masih butuh waktu yang sangat panjang sampai ke 2060. Tapi setidaknya untuk pengembangannya masih on the right track. Komitmen emiten dalam pengembangan renewable energy ini sangat esensial untuk mendukung green economy," tutur Nafan.

 

 

Rekomendasi Saham

IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk sektor ini, Nafan menyebutkan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menarik dicermati. Rekomendasinya, akumulasi dengan TP 1 pada 5.925, TP 2 pada 7.925, degan support pada 4.940 dan 3.930. Barito Renewables memulai operasional melalui salah satu entitas anak yaitu Star Energy Geothermal Group, produsen listrik tenaga panas bumi terkemuka.

Saat ini Grup Perseroan mengoperasikan tiga aset panas bumi yang berlokasi di Jawa Barat, dengan total kapasitas terpasang sebesar 886 MW, mewakili sekitar 38 persen pangsa pasar di Indonesia. Pada perdagangan hari ini, Selasa 23 Januari 2023, saham BREn ditutup naik 4,21 persen ke posisi 5.575.

Saham BREN dibuka pada posisi 5.350 dan bergerak pada rentang 5.625. Frekuensi perdagangan saham BREN tercatat sebanyak 15.002 kali. VOlume saham yang ditransaksikan yakni 36,95 juta lembar senilai Rp 203,87 miliar.

Melansir data RTI, saham BREN telah naik 14,24 persen dalam sepekan. harga saham BREN saat ini telah naik 614,74 persen sejak IPO pada Oktober 2023. Saat ini, perseroan menerbitkan 4,01 miliar saham dalam rangka IPO. Harga pelaksanaan dipatok Rp 780 per saham, sehingga perseroan mengantongi Rp 3,13 triliun dari IPO.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Penutupan IHSG pada 23 Januari 2023

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau pada perdagangan saham Selasa (23/1/2024). Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.

Dikutip dari data RTI,  IHSG naik tipis 0,11 persen ke posisi 7.256,22. Indeks LQ45 melemah terbatas 0,16 persen ke posisi 971,77. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Pada perdagangan saham Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.256,22 dan terendah 7.201,82. Sebanyak 379 saham melemah sehingga menekan IHSG. 156 saham menguat dan 229 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.239.322 kali dengan volume perdagangan 15,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.625.

Investor asing menjual saham Rp 604,26 miliar. Sepanjang 2024, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 5,40 triliun.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan. Sektor saham transportasi dan logistic merosot 1,92 persen, dan pimpin koreksi. Sektor saham properti tergelincir 1,21 persen, sektor saham industri susut 1,19 persen, sektor saham teknologi merosot 0,69 persen. Selain itu, sektor saham kesehatan terpangkas 0,59 persen, sektor saham energi melemah 0,22 persen.

Selain itu, sektor saham basic menguat 0,48 persen, sektor saham nonsiklikal bertambah 0,04 persen, sektor saham siklikal naik 0,08 persen, sektor saham keuangan mendaki 0,05 persen dan sektor saham infrastruktur bertambah 0,12 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya