Topindo Solusi Komunika Patok Harga IPO Rp 125 per Saham

PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) akan mendapatkan dana Rp 109,37 miliar dari penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Feb 2024, 14:35 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2024, 14:35 WIB
Topindo Solusi Komunika Patok Harga IPO Rp 125 per Saham
PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) mematok harga perdana Rp 125 per saham dalam rangka penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) mematok harga perdana Rp 125 per saham dalam rangka penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Harga saham yang ditetapkan itu merupakan batas atas dari harga yang ditawarkan Perseroan Rp 115-Rp 125 per saha,.

PT Topindo Solusi Komunika Tbk menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 875 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 10 per lembar. Melansir laman e-ipo, Jumat (2/2/2024), Topindo Solusi Komunikatelah menetapkan harga penawaran final yakni Rp 125 per lembar.

Dengan demikian, perseroan akan mengantongi dana segar Rp 109,37 miliar dari IPO. Sebelumnya, perseroan mematok harga penawaran pada kisaran Rp 115-Rp 125 per saham. Sebagai pemanis, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 262.500.000 Waran Seri I atau sebesar 7,5 persen  dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran.

Setiap pemegang 10 saham baru akan memperoleh 3  Waran Seri I dimana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.

Waran Seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham Perseroan dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham dengan harga pelaksanaan dengan Rp 144 sampai dengan Rp 156 setiap saham.

Total hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 40,95 miliar. Sekitar 40 persen dana IPO akan digunakan untuk keperluan modal kerja dan pengembangan sistem IT (hardware dan software).

 

Dana IPO

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sekitar 10 persen akan dialokasikan untuk entitas anak, yaitu PT Topindo Niaga Nusantara (TNN),  dalam bentuk penyetoran modal, yang digunakan oleh TNN untuk keperluan modal kerja berupa pembelian persediaan produk retail TNN.

Kemudian, sekitar 50 persen akan dialokasikan untuk entitas anak, yaitu PT Topindo Ikon Properti (TIP), dalam bentuk penyetoran modal, yang digunakan oleh TIP untuk keperluan akuisisi properti berupa tanah dan bangunan serta keperluan modal kerja TIP.

Sedangkan dana yang diperoleh Perseroan dari pelaksanaan Waran Seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan yaitu untuk pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian persediaan, pembayaran gaji karyawan, pengembangan sistem IT Perseroan, dan biaya umum operasional Perseroan.

 

 

BEI Incar 62 IPO pada 2024

FOTO: Jelang Tutup, Nilai Perdagangan Saham Lebih dari Rp 7,7 Triliun
Pialang memantau jalannya perdagangan saham di galeri Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Frekuensi perdagangan mencapai 619.696 kali transaksi Jelang penutupan sesi II. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).

Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 0 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 5 Perusahaan dari sektor industrials

• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 5 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.

Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.

Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.

BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.

"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).

Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.

Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.

Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.

Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.

"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.

Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya