Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia menawarkan beragam produk investasi. Selain saham, ada produk yang menarik dicoba yakni exchange trade fund (ETF).
ETF merupakan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Jika ingin mendulang cuan dari instrumen ini, kenali dulu apakah Anda merupakan investor pasif atau investor aktif.
Advertisement
Investor pasif merupakan investor yang berinvestasi dengan tujuan mereplikasi return atau imbal hasil pasar dengan mengikuti indeks tertentu. Sehingga bisa mendapat return yang sama dengan indeks acuannya atau mengikuti market. Untuk investor pasif, membutuhkan alokasi waktu yang lebh minim untuk melakukan analisis.
Sedangkan investor aktif, yakni investor yang secara aktif memilik saham terbaik yang dapat menghasilkan return lebih baik dn bertujuan mengalahkan market atau IHSG.
Investor aktif membutuhkan alokasi waktu yang lebih intensif untuk melakukan analisis. Melansir instagram Bursa Efek Indonesia (BEI) @indonesiastockexchange, Minggu (21/7/2024), untuk tipe investor pasif, investasi dapat dilakukan pada produk yang dapat memberikan market return atau factor return.
Market return sendiri adalah investasi dengan target mengikuti return pasar atau IHSG. Alokasi waktu untuk analisis minim. Strateginya, bisa melakukan investasi melalui ETF dengan benchmark indeks yang mewakili return pasar, LQ45, IDX30, dan lainnya. Sedangkan factor return, yakni investasi yang mempertimbangkan faktor-faktor penggerak pasar dengan harapan dapat mengungguli return pasar atau IHSG.
Alokasi Waktu
Alokasi waktu yang digunakan untuk analis adalah menengah, tak terlalu intens dan tak terlalu minim. Strategi faktor return dapat dilakukan dengan investasi melalui ETF dengan benchmark berupa indeks-indeks factor. Seperti IDX Value 30, IDX High Dividend 20, ODX Growth 30, dan lainnya.
Adapun untuk tipe investor aktif, investasi dapat dilakukan pada produk yang dapat memberikan alpha return. Alpha return adalah investasi dengan pemilihan saham dan timing yang tepat untuk jual beli dengan target return yang melebihi retur pasar atau IHSG.
Alokasi waktu untuk analisis cukup tinggi. Strateginya, jual beli saham secara langsung dan atau membeli ETF yang dikelola secara aktif. Secara ringkas, tips investasi ETF yang paling utama adalah tetapkan dulu strategi atau indeks acuan. Kemudian cari ETF sesuai indeks acuan dan spread yang lebih baik. Lalu, lakukan investasi ETF secara berkala.
Advertisement
Kinerja 15-19 Juli 2024
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,45 persen pada 15-19 Juli 2024. Analis menilai, koreksi IHSG didorong sentimen global.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (20/7/2024), IHSG turun 0,45 persen ke posisi 7.294,49 dari pekan lalu di posisi 7.327,58 pada penutupan pekan lalu. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 0,96 persen ke posisi Rp 12.358 triliun. Pekan lalu, kapitalisasi pasar tercatat Rp 12.478 triliun.
Rata-rata volume transaksi harian merosot 5 persen menjadi 16,48 miliar saham dari 17,41 miliar saham pada penutupan pekan lalu. Selanjutnya rata-rata nilai transaksi harian tersungkur 8,23 persen menjadi Rp 9,6 triliun dari Rp 10,46 triliun pada pekan lalu. Investor asing membukukan aksi beli saham Rp 754,87 miliar selama sepekan. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 2,78 triliun.
Kinerja sektor saham juga beragam selama sepekan. Sektor saham energi naik 1,71 persen, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,45 persen, sektor saham konsumer siklikal menguat 1,35 persen dan sektor saham transportasi bertambah 1,42 persen.
Selanjutnya sektor saham basic materials merosot 1,58 persen, sektor saham industri turun 0,01 persen, sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 0,22 persen. Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,03 persen, sektor saham properti melemah 0,60 persen, sektor saham teknologi susut 0,31 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 1,16 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah 0,45 persen cukup wajar setelah empat minggu berturut-turut, IHSG mencatat penguatan signifikan. Herditya mengatakan, ada sejumlah sentimen yang pengaruhi IHSG terutama sentimen global.
Sentimen IHSG
Pertama, perlambatan ekonomi di mana awal pekan lalu, tercatat produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal II 2024 sebesar 4,7 persen YoY dari kuartal I 2024 sebesar 5,3 persen YoY.
Kedua, meningkatnya ekspektasi investor terhadap rencana pemangkasan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) pada September 2024 setelah pidato the Fed yang menunjukkan pertanda dovish. Dari data konsensus juga menunjukkan ada peningkatan probabilitas menjadi 91,7 persen untuk memangkas suku bunga 5-5,25 persen.
"Ketiga, dari domestik Bank Indonesia masih menahan suku bunga acuan 6,25 persen. Keempat, nilai tukar rupiah masih menunjukkan pelemahan,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Herditya mengatakan, pekan depan, investor akan mencermati beberapa rilis dtaa antara lain suku bunga China. Di mana diperkirakan suku bunga masih akan ditahan pada level 3,45 persen. Kemudian pergerakan nilai tukar rupiah yang masih tertekan. Selanjutnya harga komoditas terutama komoditas energi antara lain minyak mentah dan batu bara. “Untuk area support IHSG berada di 7.149 dan resistance 7.354,” ujar dia.
Advertisement