Berburu Saham Minyak dan Sawit di Tengah Fluktuasi Harga

Organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) telah menahan pasokan selama hampir dua tahun dalam upaya untuk menopang harga.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Jul 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2024, 06:00 WIB
FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) telah menahan pasokan selama hampir dua tahun dalam upaya untuk menopang harga. OPEC+ saat ini berupaya untuk mengembalikan minyaksecara bertahap.

OPEC+ akan mengadakan pertemuan Komite Pemantau Tingkat Menteri Gabungan (Joint Ministerial Monitoring Committee/JMMC) secara daring pada 1 Agustus untuk menganalisis pasar. Termasuk menentukan kebijakan lebih lanjut mengenai opsi penambahan produksi, seiring harga minyak yang mulai stabil.

Namun para pejabat mengisyaratkan pertemuan tersebut akan membahas opsi sebaliknya. Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati mencermati ekonomi China yang saat ini sedang landai.

Dalam catatannya, China merupakan salah satu konsumen terbesar untuk minyak. Landainya ekonomi negara tersebut dikhawatirkan mengganggu permintaan minyak sehingga mempengaruhi harga minyak.

"China ini salah satu konsumen utama selain batu bara juga konsumen terbesar untuk minyak mentah. Jadi kami melihat Timur tengah dan anggota OPEC tidak bisa melakukan penambahan produksi sekarang karena kalau pro

duksi kenaikan harga bisa anjlok," kata Ika dalam Monthly Market Outlook Sinarmas Sekuritas, Sabtu (27/7/2024).

Pilihan Saha

Saham-saham pilihan Ike yang menarik diperhatikan dari sektor ini antara lain ELSA dan MEDC.

Selain minyak, Ike juga membeberkan prospek sektor sawit atau crude palm oil (CPO). Di mana harga CPO mengalmai pelemahan seiring pasokan yang berlebih. Menurut perkiraan dari asosiasi minyak kelapa sawit Malaysia, produksi minyak kelapa sawit Malaysia kemungkinan melonjak 15% antara satu sampai 20 Juli dari bulan sebelumnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penurunan Harga Global

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lemahnya pasar eksternal, termasuk penurunan harga minyak kedelai dan minyak mentah, juga menekan harga kelapa sawit.

Maka kemungkinan akan tetap tertekan dalam beberapa minggu mendatang, setidaknya sampai permintaan terkait festival Diwali terbesar India meningkat pada akhir Agustus atau awal September.

"Saat Diwali, biasanya permintaan untuk CPO itu akan melonjak tinggi yang akan menstabilkan dari sisi supply dan demand. Jadi, pada saat permintaannya melonjak tinggi, akan mengerek dari sisi harga. Jadi untuk saham-saham CPO boleh kita lirik-lirik jug," imbuh Ike.

Untuk sektor ini, Ike menyebutkan saham-saham yang menarik diperhatikan antara lain LSIP, SSMS, SIMP, dan AALI.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya