Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) sekaligus Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, angkat bicara mengenai penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang cenderung lesu pada tahun ini. Menurut Airlangga, perlu ada penguatan dari sisi struktur pasar IPO di dalam negeri. Sehingga bisa memancing lebih banyak partisipasi publik.
"Kami berharap IPO akan terus bisa ditingkatkan. Dan juga diharapkan underwriter diberi kekuatan lagi. Karena beberapa kali memang kita harus mengundang investor luar. Seperti dari Singapura, dari Hongkong, dari Eropa dan yang lain," kata Airlangga Hartarto di gedung Bursa, ditulis Sabtu (14/12/2024).
Baca Juga
Informasi saja, Data BEI mencatat saat ini ada 40 perusahaan yang melakukan IPO sepanjang 2024 dengan total pendanaan USD 368 juta. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan 2023, yang mencapai 79 perusahaan IPO dengan pendanaan hingga USD 3,6 miliar.
Advertisement
"Jadi kita perlu juga mendalamkan struktur IPO di dalam negeri. Nah tentu keberadaan industri asuransi yang lebih dalam itu diperlukan karena industri asuransi itu untuk long term financing. Sedangkan market IPO juga butuh untuk long term financing," imbuh Airlangga.
Pipeline IPO
Bursa mencatat 26 emiten dalam pipeline IPO. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, beberapa perusahaan dalam pipeline itu belum bisa listing dalam waktu dekat lantaran harus menyampaikan laporan keuangan terlebih dahulu.
Dari 26 perusahaan yang ada di pipeline IPO Bursa, Nyoman menyebutkan ada 2 perusahaan merupakan perusahaan mercusuar atau lighthouse. "Ada dua emiten basic industry sama energy itu termasuk lighthouse," kata Nyoman.
Informasi saja, saat ini telah terdapat satu perusahaan tercatat yang merupakan kategori lighthouse yakni PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang tercatat pada 2 Juli 2024 dan bergerak di sektor Energy.
25 Perusahaan Proses IPO di BEI, Sektor Ini Mendominasi
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham perdana di BEI hingga kini. Dari 25 perusahaan yang sedang proses untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) lima perusahaan dari sektor konsumer nonsiklikal.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 29 November 2024 telah tercatat 39 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 5,87 triliun.
Adapun klasisifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 antara lain:
-2 perusahaan aset skala kecil ( aset di bawah Rp 50 miliar)
-6 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-17 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektor perusahaan:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-3 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-5 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal
-4 perusahaan dari sektor energi
-3 perusahaan dari sektor keuangan
-2 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-3 perusahaan dari sektor industri
-0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 3 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Advertisement
Penerbit EBUS
Sementara itu, dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk, tercatat ada 124 emisi dari 65 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun Rp 116,6 triliun.
“Sampai dengan 29 November 2024 terdapat 24 emisi dari 18 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline,” ujar Nyoman.
Adapun klasifikasi sektor perusahaan antara lain:
-2 perusahaan dari sektor basic materials
-1 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-0 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-3 perusahaan dari sektor energi
-7 perusahaan dari sektor keuangan
-0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-0 perusahaan dari sektor teknologi
-1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik