Merek Fesyen Mewah Chanel Beli 25% Saham Jam Tangan Swiss MB&F

Pendiri MB&F Maximilan Buesser akan memiliki 60% saham perusahaan dan mitra bisnisnya Serge Kriknoff, yang merupakan kepala R&D dan produksi perusahaan, akan memiliki 15%.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Agu 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2024, 18:20 WIB
Kemegahan Menara Eiffel di Toko Baru Chanel
Intip betapa megahnya Menara Eiffel di toko Chanel di Paris (Foto: Chanel)

Liputan6.com, Jakarta - Merek barang mewah asal Prancis, Chanel telah membeli 25% saham di perusahaan pembuat jam tangan mewah asal Swiss MB&F, yang dikenal dengan desain jam tangannya yang unik.

Chanel mengungkapkan bahwa pembelian saham itu merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kehadirannya dalam pembuatan jam tangan.

 

"Kami senang menandatangani kemitraan strategis dengan MB&F yang memiliki nilai-nilai yang sama yaitu independensi, kreativitas, dan keunggulan," kata Presiden Chanel Watches & Fine Jewellery, Frederic Grangie, dikutip dari US News, Minggu (25/8/2024).

 

Setelah kesepakatan pembelian tersebut, pendiri MB&F Maximilan Buesser akan memiliki 60% saham perusahaan dan mitra bisnisnya Serge Kriknoff, yang merupakan kepala R&D dan produksi perusahaan, akan memiliki 15%.

Buesser mengatakan kesepakatan tersebut akan memastikan masa depan jangka panjang perusahaan, yang mempekerjakan 59 orang.

Dilaporkan, Chanel tidak memiliki opsi untuk mengambil saham mayoritas di MB&F.

"Selain memungkinkan kami untuk mengejar jalur independen, bebas dari tekanan apa pun terhadap pertumbuhan, investasi oleh Chanel akan memperkuat operasi kami dengan menyediakan akses saat dibutuhkan ke ekosistem dan jaringan pemasok khusus mereka yang lebih luas,"  tutur Buesser.

Reputasi MB&F 

MB&F telah membangun reputasi sebagai pembuat jam tangan seri kecil yang terinspirasi oleh tema futuristik retro dan fiksi ilmiah.

MB&F yang berbasis di Jenewa, yang didirikan pada tahun 2005, memiliki penjualan tahunan penuh sebesar 45,4 juta franc Swiss atau Rp.98 miliar pada tahun 2023, ketika membuat 419 jam tangan dan 3.500 jam tangan dari merek MAD Editions yang lebih murah. 

Harga jam tangan tersebut dipatok sekitar 3.000 franc Swiss atau Rp.54,4 juta.

Jam tangan yang lebih eksklusif dijual antara 60.000 (Rp 1 miliar) dan 200.000 franc Swiss (Rp 3,6 miliar) dan sering kali memiliki daftar tunggu hingga dua tahun.

Chanel membuat jam tangan, selain parfum dan lini modenya, dan sebelumnya telah mengambil saham di produsen jam tangan Swiss lainnya termasuk Romain Gauthier dan FP Journe.

Aksi Beli Saham oleh Investor Asing Sentuh Rp 9,6 Triliun

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Investor asing mencatatkan aksi beli saham sepanjang 2024. Tercatat aksi beli saham investor asing mencapai Rp 9,69 triliun hingga perdagangan Kamis, 22 Agustus 2024.

Pada perdagangan kemarin saja, investor asing membeli saham Rp 1,2 triliun. Aksi beli saham oleh investor asing itu terjadi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,87 persen ke posisi 7.488,67 pada Kamis, 22 Agustus 2024. Demikian mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, (23/8/2024).

Adapun aksi beli saham oleh investor asing itu menurut analis didorong sentimen global dan eksternal. Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan, sentimen global terutama potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada September dan Desember mendorong aksi beli saham oleh investor asing. Akan tetapi, ia mengimbau untuk hati-hati terhadap harapan penurunan suku bunga the Fed.

Sedangkan dari sentimen dalam negeri, Nico menuturkan, sentimen politik mereda setelah revisi Undang-Undang (UU) Pilkada dibatalkan juga memberikan angin segar. Di sisi lain, Nico menilai, pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) menjadi katalis positif untuk pasar saham Indonesia.

"Pilkada salah satu daya tarik pertumbuhan ekonomi seperti Pemilu. Asalkan Pilkada berjalan jujur, aman dan adil. Tensi politik juga stabil (berdampak ke pasar modal-red),” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, ada pelantikan presiden pada Oktober 2024 juga menjadi sentimen pasar. Ditambah fundamental ekonomi Indonesia yang kuat juga menjadi salah satu pertimbangan investor asing untuk investasi di pasar modal Indonesia.

"Jajaran kabinet akan menjadi perhatian. The Fed bakal pangkas suku bunga pada September akan menarik investasi ke aset berisiko. Indonesia termasuk emerging market yang punya fundamental ekonomi kuat jadi salah satu pilihan investor asing,” kata dia.

Hal senada dikatakan Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta. Ia menuturkan, pelaku pasar optimistis the Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada September bahkan diprediksi lebih agresif. “Perkiraan pemangkasan suku bunga 50 basis poin pada September,” ujar Nafan.

Strategi Investasi

IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Pengendara mobil dan sepeda motor melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Sebanyak 205 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, pengamat pasar Lanjar Nafi mengatakan, aksi beli investor asing terbesar terlihat pada saham BBCA dan BMRI.

"BBCA dan BMRI adalah dua bank terbesar di Indonesia dengan kinerja keuangan yang solid dan konsisten. Mereka memiliki portofolio kredit yang kuat, rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah, dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang tinggi,” kata Lanjar.

Selain itu, Lanjar menuturkan, investor asing melihat potensi pada permintaan kredit demostik yang terus meningkat. Terlihat dari peningkatan LDR perbankan yang tetap tinggi.

Seiring investor asing cenderung beli saham, Lanjar menilai untuk amankan profit secara bertahap dan tetap pada sektor yang berkinerja baik serta lebih waspada terhadap sentimen global karena sedikit saja sentimen negatif datang akan menjadi alasan investor untuk melakukan aksi jual.

Sedangkan Nico menuturkan, pilihan saham oleh investor asing dapat menjadi pertimbangan investor domestik. Namun, ia mengingatkan untuk tetap melakukan riset sendiri dengan memperhatikan valuasi saham.

"Selain itu perhatikan tujuan investasi, jangka waktu investasi dan profil risiko," kata Nico.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya