Jual 2 Kapal, Transcoal Pacific Dapat Duit Rp 24,50 Miliar

PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) merupakan perusahaan penyedia jasa penyewaan kapal dan jasa pengangkutan barang. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada 2008.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Agu 2024, 15:10 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2024, 15:10 WIB
PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (Foto: laman Transcoal Pacific)
PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (Foto: laman Transcoal Pacific)

Liputan6.com, Jakarta - PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) menjual dua kapal pada 22 Agustus 2024. Kapal yang dijual adalah 1 unit kapal motor yang bernama TCP 1601 dan 1 unit kapal tongkang yang bernama HM307.

Dikutip dari keterbukaan informasi Transcoal Pacific ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (25/8/2024), harga jual TCP 1601 dan HM307 mencapai Rp 24,50 miliar.

Penjualan ini dilakukan kepada perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Barat.

TCPI menjelaskan bahwa transaksi ini bukan transaksi afiliasi karena tidak ada hubungan afiliasi antara perseroan dengan pembeli.

Langkah menjual 2 kapal oleh Transcoal Pacific ini merupakan salah satu strategi perseroan untuk melakukan peremajaan kapal. KOndisi kapal yang dijual dinilai kurang komersial untuk dioperasikan perseroan.

Dengan penjualan dan peremajaan armada ini diharapkan kegiatan operasional perseroan akan menjadi lebih baik ke depannya.

PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) merupakan perusahaan penyedia jasa penyewaan kapal dan jasa pengangkutan barang. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada 2008.

Transcoal Pacific  didirikan pada 15 Januari 2007. Perseroan lalu mendapatkan kontrak dari Arutmin Indonesia untuk pekerjaan transhipment yang dikerjakan bersama dengan PT Dharma Gemilang. Tahun berikutnya, pada 2008 perseroan mendapatkan kontrak transhipment batu bara dari Arutmin Indonesia dengan periode kontrak 10 tahun.

Sejarah Perusahaan

Pada 2010, perseroan mendapatkan kontrak pengangkutan solar industry (HSD) dari Petromine Energy Trading untuk periode kontrak 5 tahun. Pada 2011, perseroan mendapatkan kontrak pengangkutan batu bara dari Berau Coal untuk periode 5 tahun kontrak. pada tahun yang sama, perseroan melakukan pengadaan 4 set tug & barge 300 feet dan 1 set oil barge.

Pada 2012, perseroan melakukan peningkatan modal dasar yang semula sebesar Rp 10 miliar menjadi Rp 300 miliar. Perseroan juga melakukan peningkatan modal disetor yang semula sebesar Rp 3 miliar menjadi Rp 109,05 miliar. Usai aksi tersebut, perseroan melakukan pengadaan 3 set tug & barge 300 feet serta 1 unit tug.

Tahun berikutnya, pada 2013 perseroan mendapatkan proyek pengangkutan batu bara dari Jhonlin Marine Trans. Pada tahun yang sama, perseroan kembali melakukan pengadaan 1 set tug & barge 300 feet dan 2 set oil barge.

Pada 2014, perseroan mendapatkan kontrak pekerjaan transhipment batu bara dari Kaltim Prima Coal untuk periode kontrak selama 5 tahun. Pada 2016, perseroan dipercaya memberikan jasa pengangkutan batu bara menggunakan MV Ocean Going.

Pada 2017, perseroan melakukan peningkatan modal dasar dari Rp 300 miliar menjadi Rp 1 triliun. Bersamaan dengan itu, dilakukan pula peningkatan modal disetor yang sebelumnya Rp 109,05 miliar menjadi Rp 400 miliar.

Usai penambahan modal, perseroan melakukan pengadaan 1 set tug & barge ukuran 300 feet, 1 unit kapal Floating Terminal Station (FTS) dan 1 unit tug boat.

IPO Transcoal Pacific

Pada 28 Juni 2018, status perseroan dari semula perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perseroan menerbitkan 1 miliar lembar saham baru dalam rangka IPO dengan nilai nominal Rp 100 per lembar. Harga penawaran dipatok sebesar Rp 138 per lembar, sehingga perseroan mengantongi Rp 138 miliar dari IPO. Kapitalisasi pasarnya per Selasa, 21 Maret 2023 tercatat sebesar Rp 42,13 triliun.

Mengutip data RTI, pemegang saham perseroan per 28 Februari 2023 mayoritas dimiliki oleh PT Sari Nusantara Gemilang dengan porsi 55 persen. Kemudian PT Karya Permata Insani memegang 25 persen saham perseroan. Sisanya 20 persen merupakan kepemilikan publik.

Usai IPO, perseroan mengakuisisi saham PT Kanz Gemilang Utama. Sehingga Perseroan menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi 99,92 persen, sekaligus menjadikan perseroan sebagai pemegang saham mayoritas secara tidak langsung pada PT Sentra Makmur Lines dengan kepemilikan 99 persen dan PT Energy Transporter Indonesia secara langsung dan tidak langsung dengan porsi kepemilikan 85,5 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya