Barito Renewables Energi Serap Capex USD 52,4 Juta hingga September, untuk Apa Saja?

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memperkirakan belanja modal (capital expenditure/capex) yang akan dikeluarkan hingga akhir tahun sekitar USD 165 juta.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Okt 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2024, 11:00 WIB
Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memperkirakan belanja modal (capital expenditure/capex) yang akan dikeluarkan hingga akhir tahun sekitar USD 165 juta. Direktur Barito Renewable Energy Tbk, Merly menjelaskan, capex tahun ini utamanya dialokasikan untuk melakukan pemeliharaan existing operational dan ekspansi fasilitas power plant untuk geothermal panas bumi.

Sampai dengan September 2024, perseroan telah merealisasikan capex sebesar USD 52,4 juta. Rinciannya, untuk kegiatan operasional yang saat ini sedang berlangsung sebesar US 33 jta dan pengembangan sekitar USD 19 juta.

"Di akhir tahun ini, dikarenakan proyek ekspansi kami akan mulai (membelanjakan) capex-nya, kami memperkirakan total capex yang kami butuhkan sampai dengan akhir tahun ini akan berjumlah lebih kurang di USD 165 juta," kata Merly dalam paparan publik BREN, dikutip Jumat (25/10/2024).

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Barito Renewables Energy Tbk, Hendra Soetjipto Tan menambahkan, perseroan memiliki inisiatif untuk meningkatkan kapasitas sebesar 104,6 MW dalam 3 tahun ke depan. Total capex yang disiapkan untuk inisiatif tersebut mencapai USD 346 juta.

Rincinnya, untuk ekspansi pengembangan Wayang Windu Unit 3 dengan kapasitas 30 MW disiapkan capex USD 106 juta. Lalu Salak Unit 7 dengan kapasitas 40 MW capex-nya USD 133 juta.

Sementara penambahan kapasitas pada beberapa unit yang sudah ada, antara lain, Wayang Windu Unit 1 & 2 Retrofit dengan kapasitas 18,4 MW akan menyerap capex USD 57 juta. Salak Unit 4, 5, & 6 Retrofit dengan kapasitas 7,2 MW akan menelan USD 23 juta. Serta Darajat Unit 3 Retrofit dengan kapasitas 7 MW akan membutuhkan USD 27 juta.

"Untuk PLTB Angin, kami masih menunggu proses tender yang saat ini akan dilakukan oleh PLN. Tapi fokus kami pertama adalah di Sidrap dengan kapasitas sebesar 69 juta MW," imbuh Hendra.

Bukan Soal Porsi Publik, Barito Renewables Energy Beberkan Alasan Saham BREN Didepak dari FTSE Russell

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjelaskan alasan saham perusahaan dihapus dari indeks FTSE Russell. Direktur PT Barito Renewables Energy Tbk, Merly menjelaskan, sejak penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), jumlah saham beredar BREN tak banyak mengalami perubahan.

Penghapusan saham BREN pada indeks FTSE disebutkan lantaran empat pemegang saham mengendalikan 97 persen dari total saham yang diterbitkan oleh Barito Renewables Energy. Hal ini tidak memenuhi ketentuan mengenai free float restrictions yang berkaitan dengan konsentrasi pemegang saham utama (high shareholder concentration).

"Pembatalan masuknya BREN dalam indeks FTSE Russell tersebut disebabkan karena adanya konsentrasi dari kepemilikan saham BREN oleh empat pemegang saham atau sebesar 97% dari total saham BREN sendiri, dan bukan karena tidak terpenuhinya ketentuan mengenai free float," tegas Merly dalam paparan publik BREN, Kamis (24/10/2024).

Adapun empat pemegang saham yang memiliki 97% saham BREN sudah disampaikan secara resmi kepada Bursa dan OJK pada proses penerbitan saham perdana (IPO) di tahun 2023. Antara lain, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), Green Era Energy Pte., Jupiter Tiger Holdings, dan Prime Hill Funds. Pada saat IPO, kepemilikan saham oleh empat pemegang saham tersebut sebesar 97,00 persen. Setelah IPO sampai tanggal 19 September 2024, terdapat perubahan menjadi 95,97 persen.

Sebelum IPO, PT Barito Pacific Tbk mengempit 64,666% saham BREN. Kemudian Green Era Energy Pte. 23,603%, Jupiter Tiger Holdings dan Prime Hill Funds masing-masing 4,365%.

Setelah IPO, sampai dengan 19 September 2024, kepemilikan saham PT Barito Pacific Tbk dan Green Era Energy Pte. tidak mengalami perubahan. Sementara porsi kepemilikan Jupiter Tiger Holdings susut menjadi 3,941% dan Prime Hill Funds sisa 3,761%.

 

Jumlah Saham Free Float

20161110-Hari-ini-IHSG-di-buka-menguat-di-level-5.444,04-AY2
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan data harian per tanggal 19 September 2024 yang disediakan untuk emiten oleh KSEI, jumlah saham yang memenuhi persyaratan free float berdasarkan ketentuan Bursa adalah sebesar 15.601.235.234 saham, atau 11,66%.

Jumlah ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan persentase free float berdasarkan prospektus IPO yang menyebutkan bahwa jumlah saham free float adalah sebanyak 15.694.413.334 saham atau 11,73%.

"Jadi kalau dilihat juga sebenarnya dari sejak IPO sampai pada tanggal tersebut itu tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan dari sejak tanggal IPO," kata Merly.

Sebagai perusahaan publik, Merly mengatakan BREN senantiasa akan menerapkan good corporate governance. Perseroan juga senantiasa akan memenuhi ketentuan ataupun kewajiban terhadap free float, termasuk pelaporan mengenai free float dan pemegang saham yang saat ini sudah dilakukan secara berkala. "Termasuk pembelian oleh beneficial owner kami, Pak Prajogo Pangestu itu juga sudah kami laporkan secara berkala," imbuh Merly.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya